Minggu, 17 November 2013

I'm Ego and I'm Idealist

Ada disuatu titik, aku benar-benar merasa capek dengan semua yg dijalani. Muak dengan semua tuntutan yg di bebankan ke atas pundak. Penat dengan segala situasi. Dan panas melihat semua tidak berjalan sesuai dengan yg diharapkan. Titik terlelah dalam hidup!

Orang mungkin tidak mengenalku sebagai sosok yang lemah.
Tapi sebenarnya aku memang tak punya cukup waktu untuk menunjukkan kelemahan ku pada mereka.
Aku telah terbiasa untuk menghadapi situasi sulit seperti ini, sendiri.
Aku sudah paham bagaimana meredam perasaan kacau ini agar tidak meletup menjadi kata-kata yg tak berguna.
Aku tidak mau mengeluh!

Orang mungkin jarang melihatku sedih.
Bukan karena aku kuat, tapi lebih tepatnya karena aku tak bisa ungkapkan kemarahan dengan baik. Dan aku seperti itu sekarang!

Berbeda dengan yg dulu.
Dulu kalau aku marah, aku bisa dengan leluasa mengungkapkannya kepada orang-orang, terlebih lagi kepada orang yg membuatku marah.
Aku tak bisa mengontrol emosiku dengan baik.
Dan imbasnya adalah, aku menjadi orang yg menyebalkan bagi mereka.
Karena tau itu tak baik, aku merubah diriku perlahan-lahan.

Sekarang..
Aku memilih untuk memendam semuanya sendiri dan tak membagi kepada siapapun.
Kadang aku terlalu mengerti diri sendiri.
Kadang aku tak paham apa yg membuatku kesal.
Kadang aku penuh perhitungan.
Kadang juga aku menjadi sangat realistis bahkan lebih parahnya adalah, tidak memberi kesempatan diri untuk berharap pada apa yg seharusnya ku terima.
Atau mungkin sebenarnya aku yg terlalu naif.
Atau mungkin aku tak beda seperti ikan mati yg terlalu mengikuti arus, yg mudah pasrah dan berkata "ya sudahlah"

Ada kalanya aku merasa cuek itu memang langkah yg tepat untuk ku ambil.
Karena otak ini tak mungkin cukup menampung masalah-masalah sepele yg tak perlu dipikirkan.
Ada kalanya justru cuek itu malah yg menjadi boomerang bagiku.
Terlalu legowo justru kadang membuatku mudah dimanfaatkan orang lain.
Ada kalanya aku menjadi manusia yg penuh dengan ego.
Lalu dalam hitungan menit, aku mencair dan luluh, lalu mengalah.

Ada disuatu titik, aku memilih untuk menyingkir dari orang-orang yg kucintai ketika rasa lelah itu muncul.
Aku tau, merekalah justru tempat teduh untuk ku bersandar.
Aku tau, merekalah justru orang yg akan selalu menerima apapun keadaanku.
Aku tau, merekalah yg selalu membuka lebar kupingnya untuk mendengarkan drama kehidupanku.
Aku tau..

Justru karena aku tau itu, aku tak ingin menyakiti mereka.
Aku tau, bagaimana aku dulu yg begitu buruk mengontrol emosiku ketika marah.
Aku tau, bagaimana aku sangat memungkinkan melukai hati mereka dengan perkataan yg pedas.
Aku tau, bagaimana rasanya gagal memperlakukan orang baik saat suasana hati tak baik.

Aku sudah memutuskan untuk tidak ingin menyakiti orang yg menyayangiku hanya karena suasana hatiku sedang buruk. Itulah yg membuat benih-benih idealisku tumbuh seperti sekarang ini.