Diam adalah solusi terbaik untuk mengendalikan moodku yang tak beratur.
Bukan maksud untuk puasa bicara.
Tapi saat diam, sebenarnya
aku sedang menulis kata-kata dalam pikiranku.
Saat diam, sebenarnya gemuruh sedang membatin dalam diriku.
Saat diam ; otak, darah, syaraf, nadi, sedang mendengarkan
hati yang berkeluh.
Saat diam, aku serasa seperti masuk ke dasar ujung bumi
paling dalam dan menemukan ruang untuk tenang.
Diam lebih baik. Aku lebih suka diam.
Tanpa disuruh, aku bisa mengungkapkannya, kalau aku
mau.
Kalau aku bisa diam, untuk apa memaksaku berbicara ketika aku sedang marah.
Biarkan saja aku diam.
Hanya diri sendiri yang mengerti bagaimana menghadapi mood yang buruk.
Hanya diri sendiri yang mampu kebal dengan umpatan kekesalan hati.
Dan itu hanya bisa ku atasi dengan DIAM.
Bicara adalah hal yang paling kusukai juga paling kubenci.
Bicara memang menyenangkan. Juga bisa membuatku menjadi pribadi yang tak menyenangkan.
Bicara di saat yang tepat bisa membawaku terbang mendalami peranku sebagai manusia.
Bicara di waktu yang salah sampai membuat seseorang terluka karenanya, membuatku merasa gagal menjadi manusia.
Jangan paksa aku untuk berhenti diam. Atau tanya, kapan aku akan berbicara.
Biar aku yang tentukan sendiri.