Minggu, 17 November 2013

I'm Ego and I'm Idealist

Ada disuatu titik, aku benar-benar merasa capek dengan semua yg dijalani. Muak dengan semua tuntutan yg di bebankan ke atas pundak. Penat dengan segala situasi. Dan panas melihat semua tidak berjalan sesuai dengan yg diharapkan. Titik terlelah dalam hidup!

Orang mungkin tidak mengenalku sebagai sosok yang lemah.
Tapi sebenarnya aku memang tak punya cukup waktu untuk menunjukkan kelemahan ku pada mereka.
Aku telah terbiasa untuk menghadapi situasi sulit seperti ini, sendiri.
Aku sudah paham bagaimana meredam perasaan kacau ini agar tidak meletup menjadi kata-kata yg tak berguna.
Aku tidak mau mengeluh!

Orang mungkin jarang melihatku sedih.
Bukan karena aku kuat, tapi lebih tepatnya karena aku tak bisa ungkapkan kemarahan dengan baik. Dan aku seperti itu sekarang!

Berbeda dengan yg dulu.
Dulu kalau aku marah, aku bisa dengan leluasa mengungkapkannya kepada orang-orang, terlebih lagi kepada orang yg membuatku marah.
Aku tak bisa mengontrol emosiku dengan baik.
Dan imbasnya adalah, aku menjadi orang yg menyebalkan bagi mereka.
Karena tau itu tak baik, aku merubah diriku perlahan-lahan.

Sekarang..
Aku memilih untuk memendam semuanya sendiri dan tak membagi kepada siapapun.
Kadang aku terlalu mengerti diri sendiri.
Kadang aku tak paham apa yg membuatku kesal.
Kadang aku penuh perhitungan.
Kadang juga aku menjadi sangat realistis bahkan lebih parahnya adalah, tidak memberi kesempatan diri untuk berharap pada apa yg seharusnya ku terima.
Atau mungkin sebenarnya aku yg terlalu naif.
Atau mungkin aku tak beda seperti ikan mati yg terlalu mengikuti arus, yg mudah pasrah dan berkata "ya sudahlah"

Ada kalanya aku merasa cuek itu memang langkah yg tepat untuk ku ambil.
Karena otak ini tak mungkin cukup menampung masalah-masalah sepele yg tak perlu dipikirkan.
Ada kalanya justru cuek itu malah yg menjadi boomerang bagiku.
Terlalu legowo justru kadang membuatku mudah dimanfaatkan orang lain.
Ada kalanya aku menjadi manusia yg penuh dengan ego.
Lalu dalam hitungan menit, aku mencair dan luluh, lalu mengalah.

Ada disuatu titik, aku memilih untuk menyingkir dari orang-orang yg kucintai ketika rasa lelah itu muncul.
Aku tau, merekalah justru tempat teduh untuk ku bersandar.
Aku tau, merekalah justru orang yg akan selalu menerima apapun keadaanku.
Aku tau, merekalah yg selalu membuka lebar kupingnya untuk mendengarkan drama kehidupanku.
Aku tau..

Justru karena aku tau itu, aku tak ingin menyakiti mereka.
Aku tau, bagaimana aku dulu yg begitu buruk mengontrol emosiku ketika marah.
Aku tau, bagaimana aku sangat memungkinkan melukai hati mereka dengan perkataan yg pedas.
Aku tau, bagaimana rasanya gagal memperlakukan orang baik saat suasana hati tak baik.

Aku sudah memutuskan untuk tidak ingin menyakiti orang yg menyayangiku hanya karena suasana hatiku sedang buruk. Itulah yg membuat benih-benih idealisku tumbuh seperti sekarang ini.


 






Selasa, 29 Oktober 2013

Pensil Warna

"Aku kembaliii.." teriak ku seperti biasanya, menyapa semua pensil warna yg berdiri ditempatnya masing-masing.
Tidak, aku tidak gila karena baru saja berbicara dengan benda-benda mati!
Ini hanya sebuah istilah. Pensil warna yg ku maksud adalah teman-teman kantorku.
Setiap jumat, aku memang selalu bekerja 3 stengah jam lebih awal dari mereka.

Jam setengah 6 pagi dengan mata sayu-sayu aku sudah harus merapat di kantor. Rutinitas ini sudah kulakukan hampir 6 bulan, semenjak aku diterima kerja sebagai producer acara radio show yg live setiap jumat pagi.

Perutku keroncongan sembari lari sana sini mempersiapkan ini itu. Tidak sempat sarapan yg berbobot, hanya 2 butir telur rebus dan segelas susu yg bisa kujadikan sesajen untuk cacing-cacing di perut. Sayangnya sesajen itu hanya mampu bertahan kurang dari setengah jam saja. Dan setelahnya, semua cacing kepanasan tadi akan berevolusi menjadi naga ganas yg lebih kuat mencengkram dinding perutku.

Nasib memang! Tapi tidak mengapa, mungkin ini harga yg harus kubayar dari pengalaman yg mahal ini.

Sebelumnya, aku tidak pernah terpikir akan bertemu dengan banyak orang penting, banyak tokoh-tokoh berpengaruh, atau banyak tokoh sukses. Tapi kini hampir setiap minggu aku mendapatkan kesempatan emas itu.

Sebelumnya aku tidak tau siapa itu Chris Gardner, tidak pernah terpikir akan terpesona dengan senyuman Ade Rai, tidak pernah membayangkan akan bertemu dengan orang Thailand, pembuat cemilan yg suka ku makan di sevel.

Sebelumnya aku tidak pernah berandai-andai sejauh itu. Tapi aku mengalaminya tanpa harus bersusah payah membuat janji, membeli tiket pesawat ke luar negeri atau menjadi orang terpenting di dunia agar mereka mau menemuiku.

Aku bersyukur!

Setahun lalu aku masih menangis diatas motor, merasa lelah tiap kali harus menghadapi setiap pagi, karena aku tau penderitaanku masih berlanjut.

Setahun yg lalu ketika aku bisa lepas dari orang yg membuatku sakit, aku bersusah payah mencari lagi arah balik, kembali ke jalan seharusnya aku berjalan.

Setahun yg lalu aku memutuskan untuk melamar pekerjaan ditempat yg kuyakini bisa menjadi klinik penyembuh mentalku.

Dan yg kuyakini itu tepat. Mentalku kini tidak bobrok seperti tahun lalu. Ini karena lingkunganku yang membuat aku tidak punya alasan yang kuat untuk bersedih. Ini berkat semua pensil warnaku.

Aku bertemu mereka bukan karena keajaiban. Tapi karena anugerah. Karunia dari Tuhan yg prihatin dengan kertas hidupku yg sudah penuh dengan warna hitam.
Kertas hidupku yang dulunya suram, tak menarik, tak ada tanda-tanda kehidupan, dan sudah layak dilempar ke tong sampah.

Kini, hidupku lebih bergairah dari sebelumnya.
Karena mereka aku berani menerima semua warna yg mungkin akan mampir untuk menyumbang goretan di kertas hidupku.

Kalau aku akan keluar kantor, pensil warnaku akan berteriak..
"jojo tolong tinggalkan aura happy mu disini.."

Kalau mereka sedang suntuk, mereka akan teriak..
"jooo.. Transfer aura happymu ke kita."

Kalau aku bertanya "haruskah?" mereka akan menjawabnya dengan berteriak...
"soalnya kalau deket jojo jadi ketularan aura happynya"

Tanpa mereka sadar, karena goretan yg mereka berikan di atas kertas hidupku, menjadikanku seperti sekarang ini.

Si Merah muda
Dari antara semua pensil warna yg ku ceritakan disini, si merah muda lah yg paling banyak menghabiskan waktu bersamaku. Si penyayang, penghibur semangat yg patah, pendengar yg baik, tapi kejam kalau lagi serius (karena tatapan matanya bisa membuatku kerdil seperti kurcaci)

Si kuning
Si kuning yg jarang sekali manyun. Bahkan ku rasa si kuning ini tak mengerti cara melengkungkan wajahnya menjadi mengkerut. Si kuning yg periang yg membuatku extra waspada kalau suatu hari dia menjadi marah. Karena biasanya, orang yg jarang marah akan 100x lipat lebih bahaya ketika emosinya lepas landas.

Si merah
Si merah yg selalu pakai baju merah. Yg tidak pernah kehabisan bahan pembicaraan, yg bisa berubah menjadi serius dalam waktu yg singkat, yg berani menyuarakan pendapat, yg terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya, yg kalau di landa amarah matanya bisa mau lompat keluar.

Si cokelat
Kalau melihat si cokelat, air liur ku rasanya mau tumpah. Karena si cokelat membuatku berimajinasi tentang segumpal cokelat padat besar yg enak dimakan. Si cokelat yg sederhana, berprinsip dan tegas, cinta keluarga, dan suka berimajinasi liar.

Si Ungu
Kata dunia, ini warna janda. Tapi menurutku ini warna yg lumayan unik, seperti perpaduan antara pink, merah, kuning. Tak terlalu yakin sih dengan kolaborasi warna yg ku deskripsikan tadi, tapi kurasa hasilnya akan mirip dengan warna ungu (walau maksa). Humoris tapi bisa sensitif disaat yg bersamaan juga moody. Aku lebih suka menyebutnya dengan anak abon, karena makan siang rutin si ungu adalah abon ditambah nasi.

Warna warna mereka yg tertoreh pada kertas hidupku makin menyempurnakan alasan untuk menjalani hari-hari ini tanpa rasa sesal.


Ini baru sebagian warna yg ku gambarkan dalam tulisan.
Bagaimana kalau ku sebutkan satu persatu warna lain yg berperan besar atas hidupku?
Mungkin tulisan ini akan setebal skripsi yg pernah ku susun selama 2 tahun.

Hidupku memang tak sempurna, tapi aku yakin kalau hidupku layak untuk di syukuri.

Ketika baru saja terluka aku menantang diri untuk melawan kepahitan diri dengan energi yang sebaliknya.
Kata orang, jangan makan gorengan kalau batuk. Tapi kataku, batuk jangan dimanja, hajar gorengan biar cepet sembuh.

Kepahitan hati yg ku alami ini, ku anggap seperti penyakit. Yg jika kubiarkan lama bersarang ditubuh, akan menggerogoti semua dagingku perlahan-lahan sampai tinggal tersisa kulit.

Saat aku tau aku sedang bersedih aku berperang untuk melawannya dengan berbahagia.
Seberapa besar rasa sedihku, sebesar itu juga aku harus bahagia.
Itulah alasan aku membuattrand mark "always happy" dalam hidup sebagai harga mati!

Tidak mudah memang. Ketika sakit aku memang sewajarnya menangis, itu yg lebih manusiawi. Tapi terkadang perubahan itu memang harus dipaksakan. Karena, tidak ada yg 100% berubah kalau hal itu masih bisa di toleransi.

Itu sebabnya ketika lagi-lagi aku merasa sedih, aku ingat harus always happy. Ini seperti dorongan paksa yg mempush diriku untuk menjadi pribadi yg lebih kuat.

Ditambah lagi, pensil-pensil warna yg selalu mengingatkan tentang harga matiku. Mungkin merekalah yg merasa aku sumber energi bahagia. Tapi sebaliknya, justru merekalah yg membuatku berbahagia, merasa dicintai, dihargai, dimengerti.

Bukan mereka yg beruntung punya teman seperti aku.
Tapi akulah yg beruntung bertemu dengan mereka yang luar biasa.

Ketika orang bertanya, bagaimana aku bisa selalu berbahagia seperti ini?

Aku akan selalu menjawabnya seperti ini..

Terima kasih untuk pensil-pensil warna merah, kuning, merah muda, ungu, cokelat, dan warna yg lain. Karena kalian, gambar hidupku jadi sempurna.

Terima kasih juga untuk si warna hitam, yg pernah membuat gambar hidupku menjadi tidak menarik untuk dilirik. Karena si hitam aku jadi mengerti indahnya jika hidup dikelilingi dengan warna warna lain. Karena si hitam, aku sadar bahwa aku lebih suka warna terang daripada warna kelam.

Terima kasih hitam. Aku tau kamu bukanlah warna yg perlu kusesali. Aku sadar warnamu tidak tercipta untuk mengisi hidupku, tapi warnamu tercipta hanya untuk mempertegas kertas hidupku. Kertas hidup yg seharusnya kuisi dengan goretan pensil-pensil warna lain.

Terima kasih ya pensil warna ^^

Rabu, 22 Mei 2013

Surat Cinta Dari Sepupu

Lucu, kalau ubek-ubek file lama. Ketemu ginian.. Surat Cinta dari Sepupu sendiri buat gua..

Hahahah.. sebelum lupa dan hilang, mending di abadikan di blog, LOL..

-----

yupz! kaos putih dengan gambar chibi ultraman itu udah "terbang" balik ke planetnya.
stelah 1hari 1mlm dijemur dihum..



*kaosnya gak persis kayak gini
bukan kaosnya yang gw kangenin, yang punya!
3hari 2mlm si empunya kaos nginep dihum,
2 malm gw temenin dy, dari cuma ngenet, nongkrong di teras,makan diluar, cari buku nama2 bayi (jangan mikir macem2 lo pade) dan hal2 gak penting lainnya..
sepele sih, tapi "berasa" aja buat gw..

something missing when she's gone..
pulang kehum gak ada dy,rasanya sepi bgt..
pintu di sebrang kamar gw udah gak bakal kbuka buat nunjukin secara nyata satu sosok yang lagi gila lari2an di kepala gw!
*buset! bahasa gw,wkwkwkwk
pulang gak pamit sama gw, jadi gak bisa kasih kecupan prpisahan deh..
* 0ops..

sial! knapa dy harus jadi spupu gw?!
knapa nyokapnya harus jadi kakak nyokap gw?!
kalo ngarepin nyokapnya bukan kakak nyokap gw, brarti ga bisa ketemu..
kalo ngarepin nyokapnya gak pernah merit sma bokapnya, dy gak bakal ad..
aneh dagh!!!!

mau dibujuk gimana pun tetep aj gw ditolak..
udah gw coba cari2 alesan dari yang gak masuk akal sampe yang paling mustahil!
*karna gak ada alesan logis buat sepupu jadian,merit n hidup bahagia selamanya. lo boleh cek di google..

lebih baik cuma tau sesuatu yang kita miliki daripada harus tau sesuatu yang gak bisa kita miliki..
*inspired by rectoverso, dewi lestari

gw baru sadar dy bikin satu tulisan di kertas motivasi yang gw tempel di blakang pintu kamar gw..
tulisannya gini,
" cui, klo sometimes lu kehilangan arah/gak punya niat buat nerusin motivasi lu ini, inget aja "1" hal : kalo lu berhenti, sia2 aja yang lo lakuin selama ini, padahal mungkin tinggal dikit lagi lu dapetin semua itu.. inget, waktu Tuhan tuh bukan waktu kita. jadi kita gak kan tau waktu Tuhan tu kapan.. just trust Him! cia you yha \(^.^)/
justru gw percaya ketika lu berhasil, lo gak bakal nyesel pernah jalani masa2 sulit lu ini.. okhay.. kalo ari2 lo lagi sepet kayak ketek lu, inget aja gw yang manis ni, n jangan nendang2 batu di jalan.. wokoko"
COMMENT : napa harus bawa2 ketek yang semua orng tau kalo tu sepet?
intinya jangan berhenti...... ngejar dy.. siapa tau gw diusir dari kluarga besar nyokap gw n gak dianggep keluarga mereka yang brarti ada harapn buat gw dptin dy..
*kan gak ada yang tau waktu Tuhan,. haha!

stresss...
gw brasa suami ditinggal istri jadinya..
yyaaahhhh...

bye2 ultraman...
cepet2 ktemu lagi deh...
tapi harus sama yang punya kaos!
hehe..

Selasa, 21 Mei 2013

Always Happy - Monster Kecil

Monster Kecil

Bagi gua, punya adik diusia 17 tahun itu adalah aib! Jarak umur kita terlalu jauh. Kelak, dia bukan cocok jadi adik gua, tapi keponakan gua. Dia bukan lagi jadi lucu, tapi bisa jadi beban. Nyokap dan bokap susah payah kumpulin uang buat gua kuliah, lalu dengan kehadiran anak lagi, bagaimana rencana yg telah disusun?? Pasti akan banyak pengeluaran lagi dikeluarga kami. No!!!

Gua hanya bisa menahan kesal dalam batin, karena anak itu berhasil mendarat di dunia dengan sehat. Dia adalah Sunny! Monster kecil perebut title bungsu gua, berjenis kelamin pria! Nama yg norak, yg diambil sama nyokap gara-gara terinspirasi film Bunga Citra Lestari yg lagi booming, waktu nyokap hamil.

Bagi nyokap dan bokap, Sunny memberi kehangatan ditengah-tengah keluarga kami yg cukup sepi. Bagi gua Sunny hanya menyilaukan pandangan mata gua, dan membuat gua tidak bisa melihat dunia ini menjadi  menarik lagi!

Dan ketakutan itu, terjadi seperti yg gua duga.

Semester kedua, nyokap dan bokap angkat tangan atas biaya kuliah gua. Uang mereka banyak terpakai untuk kebutuhan Sunny. Dan gua terpaksa harus menyambil kerja saat kuliah.
Iri, kesal dan mau marah. But, lagi-lagi nyokap dan bokap menuntut gua untuk Always Happy, seperti doa mereka dalam nama gua.

"Happy, abis ini mau kemana?"
"Oh, gua mau ke kantor. Mau kerja ^^"

"Happy, ntar ikut ke Blok M yuk, shopping."
"Sorry yah, tapi gua harus visit customers gua."

"Happy, kapan ada waktu. Yuk, main kerumah gua, kumpul sama anak-anak"
"Sory banget.. Senin- jumat gua kerja sampai jam 6, baru sampai rumah jam 8. Jadi, kayaknya gua gak bisa deh.."

Iri, disaat teman-teman kampus, selesai kuliah mereka hang out ke mall atau ke pusat perbelanjaan untuk bersenang-senang dan menikmati hidup. Tapi gua?? Kelar kuliah, harus ke kantor untuk bekerja sebagai sales kartu kredit!

"Happy, lu bawa apaan nih? Kok tas gede banget, kayak mau mudik."
"Oh ini.. Ini boneka.."
"Lu jualan boneka??"
"Enggak, itu boneka souvenir buat calon customers yg bersedia mengisi form aplikasi kartu kredit yg gua tawarin."
"Ya ampun buset.. Repot banget lu bawa-bawa beginian ke kampus. Lu naik apa kesini? Motor"
"Boro-boro, gua naik bus umum. Yah mau gimana lagi, biar lebih efisien jadi gua bawa sekalian ke kampus karena abis ini gua langsung ngantor."

Kesal, karena keadaan ini memaksa gua untuk menjadi orang yg repot.

"Pak, gimana nasib 20 aplikasi yg udah saya kumpulin? Ada yg di approve gak?"
"Ditolak semua, Happy. Gak ada yg tembus."
"Apaaa??? Semua??? Gak ada satu pun??"
"Iya, gak ada. Tapi jangan patah semangat, cari lagi."

Gigi lo ga patah semangat. Gua mau marah karena pekerjaan gua sangatlah tidak mudah. Dari hampir 30 aplikasi yg gua kumpulkan dalam waktu sebulan, kebanyakan ditolak.

"Jangan sedih dong. Harus Happy, masa namanya Happy, tapi orangnya gak Happy."

Berhenti katakan itu didepan muka gua! Gua muak harus di setting seperti orang yg baik-baik saja, disaat hati gua berontak untuk marah!

Dan hal tidak menyenangkan ini terjadi semenjak Monster Kecil itu ada di dunia!


This is my story.

Happy ^^

Always Happy - Tragedi Anak Bungsu

Tragedi Anak Bungsu

Nama gua Happy. Gua anak pertama juga anak terakhir. Penyandang 3 gelar sekaligus, Si sulung, si bungsu, dan si semata wayang. Hahahahaha..

Gua ingat kejadian diumur gua yg ke 10 tahun.

"Mama, kenapa lauknya cuma ikan asin?"
"Hari ini makan ini aja yah, besok mama beliin ayam."
"Kenapa gak beli ayamnya sekarang?"
"Orson papa banyak yg BS (basi), jadi banyak yg gak bisa dijual. Jadi kamu maklumin yah, hari ini makan ikan asin dulu."
"Kenapa gak sekalian aja, makan pake nasi sama kecap?" marah gua
"Sabar ya Happy. Besok mama janji, beliin kamu ayam. Kamu doain aja, mudah-mudahan aja mama diterima kerja jadi penjahit di konveksi deket sini."
"Jahittt??? Mama ngejahit gitu, maksudnya?"
"Iya, mama kan pernah kursus menjahit, jadi pasti bisalah jahit-jahit baju."

Goshh.. Belom cukup tiap hari menerima cibiran anak tukang orson, kali ini kuping gua harus lebih kebal terima cibiran anak tukang jahit oleh orang-orang yg tidak bisa menerima keberadaan gua.

Evrything gonna be ok, don't worry Happy.
Kata gua dalam hati.

As i thought before..

Hidup gua berjalan happy happy aja, seperti seharusnya gua ditakdirkan.
Gua lulus SMP, lanjut SMA, dan sukses menjadi anak cewek yg tomboy. Demen sama sepakbola, mainnya juga sepakbola sama anak-anak bola. Bokap dan nyokap udah geleng-geleng aja, tapi mereka bisa apa? Remember, gua anak sulung, bungsu sekaligus semata wayang? Jadi apapun yg ingin gua lakukan dan gua suka, mereka tidak berani larang. Setelah ini gua akan kuliah, lulus, cari kerja, lalu menikah. Happy ending!!

Tapi semua rusak seketika, setelah kemunculan monster yg menyilaukan pandangan gua sampai tak bisa mencermati keindahan dunia lagi!

Tragedi itu terjadi tepat dihari pengumuman kelulusan SMA.

"Maaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.... aku lulussssssssssssssss!!" teriak gua dari 5 meter sebelum pagar rumah.
Tangan sudah menggengam kertas kelulusan yg udah niat gua pamerin ke bokap nyokap.

"Wah, selamat yah Happy. Papa bangga sama kamu."
"Harus dong!!"
"Duduk, kebetulan juga ada yg papa sama mama mau omongin."
"Apaaaaa? pasti mau ngomongin rencana kuliah aku kan? ya kan? ya kan?"
"Ini berita gembira juga, Happy!"
"Apaan sih ma? Jadi penasaran."
"Sebentar lagi kamu punya adik."
"Apaaaaa?? Adikkk??? Mama hamillllll??"
"Iya, mama kamu hamil. Nanti kamu jadi kakak."
"Gak pa, ini gak lucu!! Aku gak mau!! Pokoknya aku gak mau punya adik, GAKKKKKKKKKKKKK!!"

Tragedi ini akan sangat gua ingat baik-baik, sebagai tragedi yg merenggut title bungsu gua! Gua memang pernah request punya adik, tapi itu 10 tahun yg lalu, bukan sekarang diumur gua yg udah 17!! Sebentar lagi gua kuliah, dan gua harus punya adik????? SUMPAH INI GAK LUCU!! GUA GAK MAUUUUUUUU!!


This is my story.

Happy^^


Always Happy - Anak Orson

Anak Orson

Dari kecil, nyokap selalu bilang begini tiap kali gua lagi rewel :
"Nama kamu Happy artinya bahagia. Jadi gak boleh nangis yah."

Bayangkan, dari kecil aja gua udah dikasi problema yg ga ngenakin.
Gua juga kepengen dihibur kaya anak-anak lainnya ;
"Cupp.. cuppp... nakk.. anak mama.. gak pa pa.. udah jangan nangis lagi yah!"
Nangis mereka dilegalkan, dan dibilang gak papa, mereka gak dilarang menangis.

Tapi kenapa gua enggak?? KENAPAA MAMAAAA???
Kenapa dari kecil, gua uda dilarang bersedih. Ini melebihi sadisnya Afgan!!

Sejak itu, mungkin gua jadi mengeraskan hati. Atau mungkin gua sudah menanam bibit mati rasa sejak bocah. Setiap kali gua buat salah dan dipukul, gua ga menangis ataupun merintih, tapi gua pasang muka datar, muka tegar, muka masa bodo! Yang malah dianggap oleh mama dan papa sebagai sikap watak yg keras kepala.

Umur 4 tahun, gua uda ngerengek-rengek untuk disekolahin. Padahal standart umur untuk masuk TK waktu itu adalah umur 5 tahun. Jadilah gua disekolahin di TK Lestari Bangsa. Niatnya doang pengen buru-buru sekolah, padahal jiwa masih mau main-main.

"Pokoknya aku ga au, cekolah dicana agih. Kebanyakan belajalnya, aku ga cuka!"


3 hari setelah masuk sekolah, gua dipindahin ke TK Kartika. Dan memang gua senang banget disana, AWALNYA! Disana kebanyakan acara mainnya, persis seperti yg gua mau. Tapi gua gak lama sekolah disana, setelah ada tindakan kriminal fatal yg dilakukan seorang bocah perempuan berusia 4 tahun.

Pernah tau ga, lagu sekolah minggu yg liriknya begini...

Happy ya ya ya.. Happy ye ye ye..
Aku senang jadi anak Tuhan..
Siang jadi kenangan.. Malam jadi impian..
Cintaku semakin mendalam..

Lagu itu di sulap oleh bocah-bocah tua (lebih tua setahun padahal), buat ngatai gua.

Happy ya ya ya.. Happy ye ye ye..
Aku senang jadi anak orson..
Siang ku bikin orson.. Malamku minum orson..
Cintaku semakin mendalam..

Bokap gua emang jualan orson. Lu tau orson?? Itu minuman jaman dulu yg lagi ngetrend banget, kayak sirup. Tapi bedanya dengan sirup, orson adalah minuman yg bisa langsung diminum tanpa harus dicampur air. Masih ga tau orson? Kayak gini kira-kira rupanya..


Kalau bokap gua jualan orson, so what?? Apa menjadi anak tukang orson adalah hal ke2 yg tidak dilegalkan dalam hidup gua? Kenapa mereka norak banget, dasar bocah tua!! Gua tonjok, mungkin mereka bisa mingkem!

Yah, bukan hanya mingkem tapi gua dikeluarin di hari ke 4, setelah gua sekolah disana. Dan gua terpaksa kembali ke TK pertama, TK Lestari Bangsa. Gua juga dipukul pake kemoceng sama nyokap, karena nakal! Nakal mama?? Gua membela harga diri kok!! Whatever, i must always happy, right?



This is my story.


Happy ^^







Always Happy

Well.. Perkenalkan, nama gua Happy. Kenapa nama gua ajaib begini? Ada 3 alasan.

Pertama, gua lahir tepat di tahun baru. Dan kalian tau kan, dari abad ke abad yg namanya tahun baru itu selalu disambut semarak oleh semua jenis manusia didunia ini. Semua orang Heppa Happy, karena itulah bonyok gua namain gua Happy.

Kedua, karena tepat dihari gua lahir, bokap menang lotere. Of course dia Happy, karena doi ketiban rejeki nomplok buat lunasin biaya persalinan nyokap. Ya ela, sakin kisminnya kita dulu, biaya bidan aja masi pake nyicil.

Ketiga, atas dasar 2 alasan diatas. Bokap dan nyokap setuju untuk menamai gua Happy. Karena mereka yakin, bahwa kehadiran gua ditengah-tengah mereka, akan membawa kebahagiaan. Ciyuss?? Miapah??

Mereka ga tau, kalau nama gua itu jadi beban yang harus gua tanggung seumur hidup.

Serius gua harus Happy, disaat temen TK gua ngatain gua anak orson? Serius gua harus Happy, disaat gua kecebur got dari motor gara-gara diserempet mobil tak bertanggung jawab? Serius gua harus tetap Happy, disaat temen-temen kampus lainnya setelah kuliah, kelayapan ke blok M, sedangkan gua begitu kelar kuliah kelayapan di gedung-gedung kantor buat nawarin kartu kredit? Serius gua harus tetap Happy, saat tau skripshit yg gua buat setengah mati malah dicorat coret monster kecil, perampas hak bungsu gua? Serius gua masih Happy, ketika gua dikhianati cinta? Serius lu, gua masih bisa Happy, saat gua merasa mati rasa, tidak peduli dengan dunia, hidup serasa kosong tak berarti, ingin sendiri dan ingin mati? Haruskah gua tetap Happy?!?


Someday..
i realize..

Kenapa nama gua Happy. Dan kenapa gua harus Always Happy ^^
Gua menyadari, bahwa gua tidak bisa nebak kapan kontrak gua didunia ini akan berakhir.
Masalah pasti selalu ada, masalah pasti selalu beda-beda dari hari ke hari.
Dan yg sudah-sudah, setiap masalah yg gua hadapi, tidak ada yg tidak dapat gua lalui.
Itulah sebabnya, gua memilih untuk Be Happy.
Karena gua ga mau, saat waktu gua habis dan gua harus meninggal, gua lagi menjalani hari-hari yang tidak bahagia. Karena itu, it's a nice to be Happy ^^

Dari SD sampe sekarang, tiap kali ke toko buku pasti gua kecentilan buat beli buku diary yg gambarnya warna warni. Hari pertama, diary di isi penuh, diwarna-warnain, di hias-hiasin, ditempelin guntingan gambar dari majalah, kadang dikasi cap bibir. Hari kelima, diary diisi setengah penuh, diwarnai ala kadarnya, di hias kalo lagi mood. Hari ke 14, diary mulai bolong-bolong, males isi, tangan pegel. Dan hari ke 15, diary dianggurin. Begitulah siklus yg ga pernah berubah dari dulu. Tiap kali beli diary, palingan cuma diisi selembar dua lembar, lalu ditinggalin. Akhirnya, gua memutuskan untuk menulis blog. Karena lebih gampang, lebih praktis, dan ngetik itu lebih cepet daripada nulis. Kalau salah ketik, tinggal teken tombol backspace, gak perlu coret atau tipex.

This is my story..


Happy ^^


Kamis, 02 Mei 2013

Stop Saying I Hope, Start to Say I Will


Berapa banyak gua sering berkata seperti ini dalam hidup gua..

Semoga gua begini begini.. 
Semoga nanti begini begini..
Semoga dapet ini ini..
Semoga hasilnya seperti ini...

Mungkin sudah beratus-ratus kali gua sering begitu.
Ya namanya juga manusia, baru bisa dibilang hidup kalau dia punya pengharapan.
Kalau gua ga punya pengharapan dalam hidup, maka gua layak dibilang hidup seperti zombie!
Mati tapi gak mati, hidup tapi gak hidup. Punya raga tapi tak ada jiwa. Itulah orang hopeless!




Berharap itu gak salah. Sangat sangat legal!! Yang salah itu kalau kebanyakan ngarepnya tapi gak diseimbangkan dengan action. Karena akan lebih indah, seseorang yang penuh dengan pengharapan, diimbangi dengan tindakan yang nyata.

No Action, Talk Only = You Got Nothing



Ada ilustrasi yang bagus untuk hal ini..

Ada sekelompok kura-kura yg lagi punya planning untuk pergi tamasya. Tapi yg namanya kura-kura itu  pasti serba lelet, ga percaya? Coba liatin kura-kura nyebrang lampu merah, mungkin bulan depan baru sampe ke seberang, LOL.

Balik ke ilustrasi, sekelompok kura-kura itu pun mempersiapkan rencana holiday mereka itu selama 7 tahun,. Lama yah.. Dan tibalah hari yg ditunggu-tunggu itu, pergi tamasyalah mereka.

Kesana kemari kayak Ayu Ting Ting, merekapun mencari tempat yang cocok buat tamasya, sepanjang  2 tahun. Selama satu tahun mereka bersihin tempat itu dan membongkar bekal-bekal piknik mereka. Buset, kabayang yah, mau tamasya aja segitu lama prosesnya, gimana kalau holiday ke luar negeri yah?!? *gagal fokus*

Pas lagi mempersiapkan acara piknik, merekapun tersadar bahwa mereka lupa membawa garam. Mereka shock, keringat dingin, dan tidak sedikit dari mereka yg jatuh pingsan.



Piknik tanpa membawa garam?? Ini bisa jadi malapetaka, pikir mereka.

Setelah melakukan musyawarah dan voting peserta tamasya, maka mereka mengutus salah satu kura-kura untuk kembali kerumah dan mengambil garam. Yang terpilih adalah kura-kura tercepat diantara kura-kura lainnya. The Best Running Turtle.

Tapi kura-kura yg terpilih itu ogah disuru balik, dia pun protes dan melakukan aksi demo dihadapan peserta tamasya. Karena terus didesak, akhirnya kura-kura itu menyetujui keputusan bersama tersebut, dengan syarat bahwa gak ada satupun dari mereka yg boleh makan sebelum dia balik membawa garamnya. Mereka semuapun melakukan dealing dengan kura-kura tersebut.


3 tahun berlalu.. lima tahun berlalu.. enam tahun berlalu.. 7 tahun berlalu.. dan kura-kura yg disuru itu tidak kelihatan sedikitpun cangkangnya. Seorang kura-kura yg udah kakek-kakek, kelaparan bukan main dan hampir mati. Ia mengajak kura-kura lainnya untuk membuka bekal yg mereka bawa dan mulai memakan bawaan mereka itu.

Pada saat yg bersamaan, tiba-tiba muncullah si kura-kura ninjaaa!!! Eh.. kura-kura cepat!! Kura-kura yg ditunggu-tunggu itu muncul dari balik pohon yg tidak jauh dari lokasi tamasya. Dengan lantang dan marah, dia berteriak :

"Tuh kan!! Udah gua duga, kalian pasti ga sabar nungguin gua! Kalau gini caranya, gua ogah ambil garam!!"

What the?!!??
Ngeselin yah cerita ini? Banget!!! 

Ilustrasi ini mengingatkan gua pada hal-hal yg sering tanpa disadari gua lakukan. Nunggu, berharap, nunggu, berharap, tanpa melakukan sesuatu.

Nunggu orang bersikap seperti ini..
Nunggu akan ada keajaiban yg turun dari langit..
Nunggu sampai keberuntungan memihak kita..
Nunggu.. nunggu.. dan nunggu..

Sadarkah, berapa banyak waktu yg terbuang sia-sia dengan hanya berpangku tangan dan menunggu?

Stop Complain, Start Showing!
Berhenti menunggu dia berbuat baik sama kita, mulai dari kita kasih contoh gimana cara berbuat baik.

Stop Talking To Much, Start Do More!
Berhenti bicarakan hal-hal apa yg mau kita lakukan, mulailah merealisasikannya dalam bentuk yg nyata.


Stop Always Promise, Start to Prove It!
Berhenti berjanji ini itu, mulailah dengan mengenapi janji yg masih terhutang.


And finally is..

Stop Saying I Hope, Start to Say I Will
Berhenti hanya bilang "saya berharap" dan mulailah dengan berkata "saya akan"
Tapi tentunya ga sekedar ngomong, tapi dilakukan..


Always Happy :)


Cheers,
Jenny Jo

Sabtu, 13 April 2013

Berani Bermimpi Lebih Besar (Merry Riana dan Chris Gardner)

Ada beberapa hal yang akan mempengaruhi hidup kita.
Buku yang kita baca, musik yang kita dengarkan, dan film yang kita tonton. 

The Pursuit of Happiness, adalah salah satu film favorite saya, yang telah saya putar lebih dari sepuluh kali. Film yang menceritakan kisah hidup Chris Gardner, seorang salesman yang berhasil menjadi pialang saham dan menjadi milyarder. Film ini sangat sukses menginspirasi saya sejak dulu sampai sekarang. Dimana film ini mengajarkan saya untuk terus berusaha keras, mewujudkan pencapaian hidup yang saya impikan.

Suatu hari, seorang teman saya, Adam Khoo, mengundang saya secara exclusif untuk menghadiri sebuah seminar entrepreneur yang ia selenggarai, bernama Wealth Expo 2012 di Singapore. Yang paling mengejutkan hati dan membuat saya sangat antusias untuk menghadiri seminar itu adalah, ia mengundang Chris Gardner menjadi pembicara dalam seminar tersebut. Saya pasti akan datang! Janji saya pada diri sendiri.

Sempat sedih rasanya, ketika saya tahu bahwa acara tersebut akan digelar pada tanggal 1-2 September 2012. Karena tanggal 1 September, saya harus di Jakarta, dan tanggal 3 September, saya harus ada di Jogjakarta. Walau jadwal saya begitu padat, saya tidak menyerah dan tetap berharap agar bisa bertemu dengan Chris Gardner. Karena itu, saya menanyakan pada Adam Khoo, tanggal berapa Chris Gardner akan menjadi pembicara dalam seminar tersebut?

Ternyata Tuhan sungguh baik, saya mendapat kabar dari Adam Khoo, bahwa Chris Gardner akan berbicara di seminar tersebut pada tanggal 2 September 2012, dimana jadwal saya ditanggal tersebut masih kosong. 

Karena satu-satunya kesempatan saya bisa melihat Chris Gardner ada di seminar tersebut, maka saya memutuskan untuk kembali ke Singapore setelah acara saya di Jakarta selesai.

1 September 2012, di Changi Airport Lounge, tanpa di duga-duga sebelumnya saya mendapatkan sukacita luarbiasa yang tak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya. Saya melihat seorang pria tinggi tegap, berkulit hitam, yang kemudian saya sadari sebagai Chris Gardner. Sebuah kejutan manis yang tak pernah saya bayangkan, bahwa orang yang ingin saya temui selama ini, bahkan ada didepan mata saya.

Karena saya tidak pernah menyia-nyiakan setiap kesempatan, maka saya memberanikan diri untuk menyapa beliau. Saya sangat bersyukur, karena bukan hanya mendapatkan kesempatan emas untuk bertemu langsung dengan idola saya, tapi saya berdialog cukup lama dengan beliau. Senang rasanya, seorang Chris Gardner memperlakukan saya dengan sangat ramah dan kami berbincang layaknya seperti teman yang akrab.

Saya katakan pada beliau, bahwa saya memang telah merencanakan untuk melihat beliau di acara Wealth Expo, dan beliau pun menyambutnya dengan baik dan menunggu kehadiran saya di backstage. Sempat terpikir dalam benak, apakah esok hari, beliau masih akan mengingat saya? Karena itu saya katakan padanya, ingatlah saya sebagai "Lady in Red and my name is Merry". Karena warna merah adalah warna baju favorite saya.

Hari itu pun tiba, saya dengan beberapa orang di backstage menunggu kehadiran Chris Gardner. Saya berkeinginan untuk berbalas budi atas kebaikan hati beliau yang telah menyempatkan waktu untuk bercengkrama dengan saya kemarin, karena itu saya membawa buku saya untuk nantinya diberikan kepada beliau sebagai tanda terima kasih. 

Rasa bahagia saya bertambah, saat Chris Gardner memanggil dan mengingat nama saya, "Hey it's you, Mery. You are a lady in red, right?". Terharu sekali bahwa saya masih diingat dengan jelas oleh beliau. 

Di pertemuan kami yang kedua tersebut, saya memberikan buku yang telah saya persiapkan sebelumnya. Saya pun tidak segan-segannya berkata pada beliau, betapa beliau sangat menginspirasi saya, karena pengalaman hidup beliau hampir sama dengan apa yang saya alami beberapa tahun yang lalu. Saya bercerita juga, bahwa buku tentang kisah hidup saya tersebut, sebentar lagi akan diangkat menjadi layar lebar. Dan satu hal yang cukup mengejutkan bagi saya adalah ketika mendengar respon dari beliau.

Beliau bukan hanya sekedar mengucapkan selamat tapi beliau juga menanyakan pada saya sebuah pertanyaan yang belum sempat terlintas jawabannya pada benak saya. Beliau bertanya, jika suatu hari kisah saya diangkat menjadi film di hollywood, kira-kira siapa artis yang cocok memerankan saya?

Pertanyaan sulit tersebut, membuat saya berhutang jawaban pada beliau. Saya tertegun ketika menyadari bahwa, selama ini saya adalah orang yang selalu bermimpi besar tapi tidak pernah ada dipikiran saya untuk berpikir, artis hollywood siapa yah yang akan peranin diri saya?

Pertemuan yang hangat itu sangat membekas dalam hati saya sampai saat ini. Dan saya sangat beruntung karena melalui pertemuan itu, pikiran saya menjadi terbuka untuk jangan pernah takut bermimpi sesuatu yang lebih besar. 

Terkadang didalam hidup kita, kita sudah puas dengan mimpi kita. Kita takut untuk bermimpi yang lebih besar, karena kita takut mimpi tersebut mustahil untuk direalisasikan. Tanpa kita sadari ketakutan tersebutlah yang kemudian mengunci mimpi kita hanya bersemayam dalam angan-angan dan tidak terwujudkan. 

Mari kita beranjak dari kotak ketakutan kita, dan kembali melangkah dan berkomitmen untuk terus mengejar mimpi besar kita. Hasil akhir dari pencapaian sebuah mimpi ada pada tangan kita sendiri. Apakah mimpi kita hanya akan menjadi sebuah ilusi dalam sebuah lembaran-lembaran kertas, yang tak bermakna dan berakhir diantara tumpukan sampah. Ataukah mimpi kita akan terwujud dan menjadi kisah indah yang dapat menyemangati orang-orang lain diluar sana, yang juga sedang mengejar mimpinya.

"It's your turn to make other people inspired with your story.." adalah kata-kata yang Chris Gardner ucapkan pada saya, dan masih melekat dalam memory. Inilah saatnya, bukan hanya seorang saya, seorang Merry Riana, tapi juga seorang anda, yang sama-sama berhasil mewujudkan mimpi-mimpi besar kita menjadi kenyataan dan menginspirasikan orang-orang disekeliling kita.


 (Ini kesaksian dari Merry Riana langsung, yg gua tulis sebagai PR waktu seleksi tahap3)

Fail to Find Part 2

Setelah acara interview itu kelar, semua kandidat pada minta tanda tangan dibuku Merry Riana yg mereka punya, juga minta foto bareng sama gua *eh* Merry Riana. Gua manyun gitu liat mereka, sedih gua belum punya bukunya, wakakakakka..
Yokie Emoticons 75

Emang sih gua uda pengen banget beli bukunya, uda tabung tabung uang, tapi kepake terus, itu juga karena kondisi gua yg ga memungkinkan, yg maybe bakal gua ceritain di lain kesempatan.

Setelah interview itu, kita dikasi waktu 3 hari untuk selesein PR yg dikasi sama MRI. Setelah salto, jungkir balik dan kayang sedikit, maka jadilah tulisan gua itu dan langsung gua kirim ke MRI via email. Tulisannya nanti gua publish juga di next post yah. So, ijinkan gua kelarin dulu cerita ini.

Hari ke 4 after interview, gua dapet email dari MRI. Luar biasanya kagetnya, gua kepilih jadi 3 besar untuk interview diseleksi tahap akhir, ditanggal 11 Februari. Ya ampun, susah banget perjuangannya ternyata. Sampai seleksi aja kudu berkali-kali gini.

5 hari menuju hari interview itu, gua merayakan ulang tahun. Dan make a wish yg gua panjatkan setelah meniup lilin kue adalah.. "Semoga gua diterima kerja di MRI, Amin."

Hari interview itu pun tiba. Gua ketemu lagi dengan Merry Riana dan Pak Alva, tapi kali ini one on one. Sekitar setengah jam kita berbincang, mereka menanyakan rencana 5 tahun kedepan, menjelaskan job desk untuk pekerjaan yg gua lamar, juga memberitahukan besarnya gaji jika gua terpilih. Gua pikir, dihari itu juga akan langsung dipilih 1 dari 3 kandidat yg tersisa, ternyata lagi lagi diluar dugaan. Gua disuru pikirin matang-matang, apakah gua akan menerima pekerjaan tersebut dengan segala konsekuensinya. Dan mereka akan menunggu keputusan gua via email, sampai lusa. 2 kandidat lain pun diberlakukan hal yg sama, dan jika 2 diantara mereka menerima pekerjaan itu juga, maka MRI akan memilih salah satu dari kita ber3. Lagi-lagi status gua digantung, hiks.
Yokie Emoticons 80

3 hari berlalu, 4 hari berlalu, 5 hari berlalu, tak ada kabar apapun. Gua mulai galau dan resah. Setiap hari gua cek email dan berdoa dengan khusyuk sambil berpuasa. 6 hari berlalu, 7 hari berlalu, iman gua mulai ciut, mungkinkah gua ga diterima? Entah kenapa, baru kali ini gua menginginkan sesuatu dengan sangat buruk. Seminggu berlalu, gua memutuskan untuk mengganti permohonan gua, "Tuhan, kalau memang nanti aku gak diterima, tolong besarkan hatiku, Amin."

Hari ke 9, email masuk, dan hasilnya gua ga terpilih, sudah kuduga. Saat baca email itu, seketika itu juga gua menangis. Ya ampun, belum waktunya ternyata.
Gua juga ga ngerti kenapa gua menangis, kecewa tidak, kesel juga tidak, cuma rasanya sedih aja, sampai matapun jadi sembab. Gua memang melankolis, karena itu gua biarkan diri gua larut dalam tangisan, itulah cara terampuh yg akan membuat gua menjadi lebih baik. "Tuhan, ijinkan saya menangis sampai puas, bentar aja, OK!"
Kira-kira setengah jam, gua kuraskan air mata dan habiskan segumpal tisue. Seperti yg gua bilang, setelahnya gua jadi lega dan bisa terima semuanya tanpa beban.

Besokan, temen kantor gua tanya soal kabar dari MRI. Entah kenapa, temen gua itu antusias banget nungguin kabar dari MRI ketimbang gua, hahhaa.
Gua bilang "Udah kok, udah ada kabar."
 Temen gua langsung senyum lebar-lebar dan teriak histeris "Serius? terus terus gimana? Lu diterima?" tanyanya sambil mengguncang-guncangkan bangkunya sendiri.
"Enggak, gua ditolak." *hening* Temen gua langsung merasa gak enak gitu sama gua. "Tapi... Yaudalah, gua gak sedih kok. Mungkin emang belum waktunya."
"Iya jo, lu yg sabar yah. Semangat!" hibur temen gua sambil mengepalkan tangannya ala drama korea.
 "Ia tenang aja. Gua masih bisa coba dilain kali, atau.. Gua bisa coba ditempat lain, at least gua ga akan nyerah untuk coba dibidang gua ini." kata gua sambil nyengir kuda, yihaaa~
"Ia, ayo semangat jo, pasti bisa!"

Gua bermimpi dan tak pernah menyesal telah membuat mimpi.
Orang sukses bukan orang yg tak pernah gagal. Tapi orang sukses adalah orang yg berani terima kegagalan dan tetap berjuang. Semakin sering gagal, semakin kita banyak dapat pelajaran. Semakin sering gagal, semakin kita dekat dengan kesuksesan.
Terima kasih Tuhan buat gagal hari kemarin, itu tandanya sebentar lagi gua akan berhasil. Gagal kemarin mengajarkan gua untuk lebih bersabar, lebih giat, dan harus lebih banyak belajar.

Oya, sebelum gua tutup curcol ini, gua jadi inget sama satu kejadian.

Long long time ago..

Ceritanya gua mau ke suatu tempat yg gua belum pernah datangi sebelumnya, jadi gua cuma tau arah jalannya, tapi gua ga tau sejauh apa jarak yg akan gua tempuh itu.

Saat gua naik angkot, gua memutuskan untuk berhenti diujung sebuah jalan, karena arah yg mau gua tempuh itu lurus, sedangkan angkot yg gua naiki itu mau belok. Jadi daripada gua makin jauh dan jadi nyasar, gua berhenti sebelum terlambat. Setelah mempelajari keadaan, gua berinisiatif untuk mencari halte busway terdekat, karena gua yakin kalau ada busway yg melewati rute jalan yg gua tuju. Gua pun mulai mengawali jalan beberapa meter dibawah terik matahari.

Selangkah demi langkah, setapak demi tapak, belum keringat, belum debu, belum sengatnya matahari, semua lengkap mengiringi perjalanan gua itu. Setiap kali gua lelah berjalan, gua kepikiran untuk "naik ojek aja kali yah", tapi seringkali juga gua berontak dan memaksa kaki untuk terus berjalan, dengan keyakinan kuat bahwa "Pasti halte buswaynya udah deket deh".
Sepanjang perjalanan itu, gua bergumul dalam diri, antara mau naik ojek sampai halte busway atau tetep jalan sampai halte? Bukannya pelit yah, cuma gua tuh penasaran banget sama apa kata feeling gua.

1 lampu merah, 2 lampu merah uda gua lewati, ternyata tanpa sadar gua jalan udah sangat jauh dari yg gua kira, dan gua belum juga nemuin haltenya. Akhirnya gua nyerah dan menyetop mikrolet yg kebetulan lagi lewat disamping gua. Pas gua naik dan duduk, belum ada 5 menit dimikrolet, halte busway itu udah kelihatan, dan gua terpaksa turun dari mikrolet yg baru gua naiki. Gua nyesel, kenapa gua menyerah secepat itu, padahal dikit lagi gua sampai, coba aja gua bisa lebih sabar. Yokie Emoticons 34

Setelah kejadian itu, gua belajar untuk selalu berusaha memperjuangkan apa yg udah gua jalani. Gua gak mau jalan setengah-setengah!! Meski gua gak tau seberapa jauh jarak yg akan gua tempuh, tapi selama gua tau arahnya, gua pasti gak akan nyasar.

Sometimes in life, i just think "Yes, One step closer to find it!"
And then i realize, that i need a lot more step to achieve it.
Sometimes we lose, sometimes we win. 
Be tough, be strong, be patient, always pray, never give up. God will make a way.


thank you for reading~