Greetings..
Siang itu gua mendapatkan bus yang kosong, dan berhasil duduk dengan bijak (apa coba?) pada sebuah bangku yg belum tersentuh pantat penumpang.. Sudah sangat teramat siang, tapi gua masih belom hinggap dikantor, karena bangun siang (dasar karyawan kurjar). Disela-sela perjalanan menuju kantor, gua menyusupkan earphone ke sela-sela daun telingga, dengan harapan kotoran didalam kuping bisa tercongkel keluar (loh?!?) Nononono.. *mendadak gagal fokus* Dengan harapan lagu-lagu yg senandung terdengar di daun telingga akan membawa pikiran ini lebih tenang.. Ya, lebih tenang!! Karena gua sedang resah saat itu.
Fyi, gua sedang merangkaikan berbagai option kata-kata indah untuk menggambarkan dengan jelas, tentang permohonan pengunduran diri gua ke atasan hari ini.
Belum sempet lengkap kalimat itu tersusun, mata gua mulai tergenang dan hampir banjir. Berat memang rasanya, apalagi setelah tersontak dengan berbagai memori yg haru biru didalamnya.
Gua ingat pertama kalinya naik bus ke arah Pondok Indah adalah pertama saat gua mau dateng interview. Pikiran diotak saat itu sangat berbeda drastis dengan yg sekarang. Harapan dalam hati dan terus berdoa, bahwa interview akan sukses dengan baik dan gua bisa segera bekerja disana.
Dan memori itu melompat ke sebuah adegan dimana pertama kalinya kata "resign" itu terlontar ke hadapan si boss. Pas boss tanya "kenapa?" gua cuma bisa jawabnya dengan muewekkkkkkkk yg kenceng persis kaya adegan sinetron ala emak emak di tipi.. Setelah berhasil mengendalikan diri dengan sisa nafas yg terisak-isak, gua pun menjelaskan detail kegalauan gua saat itu ke boss.
And u know what? Boss gua yg tadinya shock berat liat gua nangis ga karyan, mendadak berubah jadi jin bijak. Dan kata-kata dia menampar gua dari sebuah ilusi kesedihan yg berlebihan dan kembali ke alam nyata untuk tetap survive.. Bingung gak, kata-kata aja bisa ngegampar orang, apalagi tangannya? Mungkin bisa buat gua mental ke bintang-bintang. Oh no (۳˚Д˚)۳ gagal fokus lagi..
Katanya begini : Seharusnya lu bersyukur jo, dengan keadaan yg seperti ini, lu jadi kenal dia dengan baik. Untung kan lu gak keburu merid..
Ya, memang alasan gua mau resign saat itu karena gua malas, muak, ogah sekantor sama mantan!
Gua kencengin volume musik di earphone gua. Beatnya saat ini, seperti melompat-melompat mau keluar dari telingga gua. Whatever, i don't care.. Even nanti gua harus peri ke THT untuk periksa indera pendengaran gua, yang penting gua perlu nada-nada itu untuk memacu semangat dan emosi gua menjadi sebuah tulisan.
Tak lupa sesekali gua merebahkan kepala ke bangku, seringkali juga goncangan bus memaksa gua untuk menerima siksaan kepala terjedut, yg pada akhirnya membuat gua merasa "Cukupppp!! Ini harus dihentikan, sebelum gua menjadi bego!!" tenang ini hanya teriakan dalam hati kok, hahahahha..
Gua pejamkan mata sejenak dan berusaha untuk mengingat dengan detail, bagaimana situasi seperti ini membawa diri gua menjadi sedemikian ini..
Percaya bahwa ini adalah hukum takdir.. Menggunakan rumus aritmatika kehidupan, maka mungkin inilah yg sebenarnya telah terjadi..
Bahwasanya gua dipertemukan dengan dia, untuk membantu dia menemukan masa depannya saat ini.
Gua yg bawa dia kerja sekantor sama gua, dan setelah dia merasa sudah bisa sendiri, langsung deh "bye bye jojo", miris memang, apalagi tanpa tanda terima kasih!!
Ya, mungkin sudah seharusnya gua disematkan bersama sederetan guru-guru, karena pahlawan tanpa tanda tangan *eh* tanda jasa..
Ibarat peribahasa, habis manis sepah diinjak..
Mending dibuang, diinjak gitu loh!!
Sudah dibohongi, dikecewain, dikhianatin, masih mau difitnah lagi.. *curcol*
Tak habis pikir, dimana letak perasaannya sebagai manusia, adakah sedikit rasa iba, adakah sedikit rasa sadar diri?!? *curcol lagi*
Awalnya kondisi ini membawa banyak rasa dendam yg menggebu-gebu.. Karena sadar bahwa diri ini sangat tidak terima!! Karmalah yang harusnya tepat diterimanya.
Tapi seiring berjalannya waktu, gua mulai bisa menerima sedikit demi sedikit cobaan ini. Mungkin saja, ini pelajaran berharga dari alam, agar kelak gua bisa lebih berhati-hati dalam bersosialisasi.
Dan gua percaya, jika Tuhan telah membawa gua sejauh menghadapi situasi ini, itu menandakan gua masih kuat menghadapinya.
Ya anggaplah, pengorbanan yang tidak pernah dihargai itu, ibarat bersedekah.
1 halte lagi sampai, dan gua harus bersiap-siap untuk bangkit dari tempat duduk meninggalkan bus ini, seperti hati gua yg secepatnya harus bangkit dan menemukan tempat yg baru.
Kesalahan gua adalah terlalu keras menghakimi diri sendiri dan terlalu yakin bahwa takdir memang kejam seperti kata desy ratnasari.
Tidak, "jangan takut, jangan sedih", seperti lirik lagu vierra yg lagi mampir dikuping!! Gosh.. Gua ga nyangka ada lagu ginian nyempil di daftar list song gua (۳˚Д˚)۳
Takdir bukannya kejam, takdir hanya numpang mampir, tapi kejamnya atau enggak itu tergantung gimana gua menyikapinya.
Gua mengambil hikmah dari cobaan ini. Tentang pentingnya kesadaran, melihat dengan mata terbuka lebar, berhati-hati dan tidak naif, tegas menolak untuk menjadi korban, diperdaya.
Bus berhenti dihalte yg gua tuju, dengan langkah cepat gua bergegas tinggalkan bus yg gua naiki itu ke tempat yg baru.
1 kalimat terlintas dalam otak, "ini hanya sebuah sisipan kecil". Sama seperti gua yg tak mungkin tinggal terlalu lama didalam bus, seperti itulah seharusnya memori pahit ini berakhir, karena tidak boleh tinggal terlalu lama dan menjadi penyakit. Ini hanya sebuah selingan kecil, kalo bahasa kerennya "iklan gitu lohhh.." Jadi ini akan cepat berlalu dan semua akan kembali baik-baik saja..
Sadar bahwa, setiap orang tidak hanya karena faktor kebetulan saja, bertemu dengan orang lain. Semua pasti ada rahasia dari sebuah rencana yg terselubung. Seperti gua ketemu mantan gua dulu, mungkin dimaksudkan untuk menjadi rejeki bagi dia.
Karena terkadang dalam setiap berkat yg kita punya, Tuhan menitipkan milik orang lain pada kita.
Dan pertemuan gua dengan boss gua, juga dengan teman-teman kantor gua, menyadarkan gua betapa berartinya sebuah persahabatan melebihi apapun. I say it, cause i feel it! Tanpa mereka yg udah setia support gua dimasa-masa terpuruk, gua tidak akan bisa menjadi setegar ini..
Pintu bus tertutup dan meninggalkan gua begitu saja.
Sama sepertinya saat gua bertemu banyak orang diluar sana. Ada yg hanya sekedar numpang lewat dan pergi, ada yg berlangsung jadi teman, dan ada yg tinggal lalu menjadi sahabat.
Terkadang, kita terlalu fokus sama pintu yang baru saja tertutup. Kesempatan yang baru saja hilang. Dan harapan yang baru saja sirna. Tapi kita melupakan bahwa, saat itu terjadi, ada pengganti yang sudah Tuhan persiapkan lebih matang, lebih bagus, lebih worth it untuk kita dapatkan, ketimbang yang telah hilang dari kita. Ada pintu-pintu lain yang terbuka, ada harapan dan kesempatan baru yang tercipta.
Dan lagu pengiring tulisan gua ini terhenti mendadak, bukan karena gua matiin, tapi memang karena batre bb gua habis.. Damn!!
Itu tandanya tulisan ini harus ending..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar