Sabtu, 13 April 2013

Berani Bermimpi Lebih Besar (Merry Riana dan Chris Gardner)

Ada beberapa hal yang akan mempengaruhi hidup kita.
Buku yang kita baca, musik yang kita dengarkan, dan film yang kita tonton. 

The Pursuit of Happiness, adalah salah satu film favorite saya, yang telah saya putar lebih dari sepuluh kali. Film yang menceritakan kisah hidup Chris Gardner, seorang salesman yang berhasil menjadi pialang saham dan menjadi milyarder. Film ini sangat sukses menginspirasi saya sejak dulu sampai sekarang. Dimana film ini mengajarkan saya untuk terus berusaha keras, mewujudkan pencapaian hidup yang saya impikan.

Suatu hari, seorang teman saya, Adam Khoo, mengundang saya secara exclusif untuk menghadiri sebuah seminar entrepreneur yang ia selenggarai, bernama Wealth Expo 2012 di Singapore. Yang paling mengejutkan hati dan membuat saya sangat antusias untuk menghadiri seminar itu adalah, ia mengundang Chris Gardner menjadi pembicara dalam seminar tersebut. Saya pasti akan datang! Janji saya pada diri sendiri.

Sempat sedih rasanya, ketika saya tahu bahwa acara tersebut akan digelar pada tanggal 1-2 September 2012. Karena tanggal 1 September, saya harus di Jakarta, dan tanggal 3 September, saya harus ada di Jogjakarta. Walau jadwal saya begitu padat, saya tidak menyerah dan tetap berharap agar bisa bertemu dengan Chris Gardner. Karena itu, saya menanyakan pada Adam Khoo, tanggal berapa Chris Gardner akan menjadi pembicara dalam seminar tersebut?

Ternyata Tuhan sungguh baik, saya mendapat kabar dari Adam Khoo, bahwa Chris Gardner akan berbicara di seminar tersebut pada tanggal 2 September 2012, dimana jadwal saya ditanggal tersebut masih kosong. 

Karena satu-satunya kesempatan saya bisa melihat Chris Gardner ada di seminar tersebut, maka saya memutuskan untuk kembali ke Singapore setelah acara saya di Jakarta selesai.

1 September 2012, di Changi Airport Lounge, tanpa di duga-duga sebelumnya saya mendapatkan sukacita luarbiasa yang tak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya. Saya melihat seorang pria tinggi tegap, berkulit hitam, yang kemudian saya sadari sebagai Chris Gardner. Sebuah kejutan manis yang tak pernah saya bayangkan, bahwa orang yang ingin saya temui selama ini, bahkan ada didepan mata saya.

Karena saya tidak pernah menyia-nyiakan setiap kesempatan, maka saya memberanikan diri untuk menyapa beliau. Saya sangat bersyukur, karena bukan hanya mendapatkan kesempatan emas untuk bertemu langsung dengan idola saya, tapi saya berdialog cukup lama dengan beliau. Senang rasanya, seorang Chris Gardner memperlakukan saya dengan sangat ramah dan kami berbincang layaknya seperti teman yang akrab.

Saya katakan pada beliau, bahwa saya memang telah merencanakan untuk melihat beliau di acara Wealth Expo, dan beliau pun menyambutnya dengan baik dan menunggu kehadiran saya di backstage. Sempat terpikir dalam benak, apakah esok hari, beliau masih akan mengingat saya? Karena itu saya katakan padanya, ingatlah saya sebagai "Lady in Red and my name is Merry". Karena warna merah adalah warna baju favorite saya.

Hari itu pun tiba, saya dengan beberapa orang di backstage menunggu kehadiran Chris Gardner. Saya berkeinginan untuk berbalas budi atas kebaikan hati beliau yang telah menyempatkan waktu untuk bercengkrama dengan saya kemarin, karena itu saya membawa buku saya untuk nantinya diberikan kepada beliau sebagai tanda terima kasih. 

Rasa bahagia saya bertambah, saat Chris Gardner memanggil dan mengingat nama saya, "Hey it's you, Mery. You are a lady in red, right?". Terharu sekali bahwa saya masih diingat dengan jelas oleh beliau. 

Di pertemuan kami yang kedua tersebut, saya memberikan buku yang telah saya persiapkan sebelumnya. Saya pun tidak segan-segannya berkata pada beliau, betapa beliau sangat menginspirasi saya, karena pengalaman hidup beliau hampir sama dengan apa yang saya alami beberapa tahun yang lalu. Saya bercerita juga, bahwa buku tentang kisah hidup saya tersebut, sebentar lagi akan diangkat menjadi layar lebar. Dan satu hal yang cukup mengejutkan bagi saya adalah ketika mendengar respon dari beliau.

Beliau bukan hanya sekedar mengucapkan selamat tapi beliau juga menanyakan pada saya sebuah pertanyaan yang belum sempat terlintas jawabannya pada benak saya. Beliau bertanya, jika suatu hari kisah saya diangkat menjadi film di hollywood, kira-kira siapa artis yang cocok memerankan saya?

Pertanyaan sulit tersebut, membuat saya berhutang jawaban pada beliau. Saya tertegun ketika menyadari bahwa, selama ini saya adalah orang yang selalu bermimpi besar tapi tidak pernah ada dipikiran saya untuk berpikir, artis hollywood siapa yah yang akan peranin diri saya?

Pertemuan yang hangat itu sangat membekas dalam hati saya sampai saat ini. Dan saya sangat beruntung karena melalui pertemuan itu, pikiran saya menjadi terbuka untuk jangan pernah takut bermimpi sesuatu yang lebih besar. 

Terkadang didalam hidup kita, kita sudah puas dengan mimpi kita. Kita takut untuk bermimpi yang lebih besar, karena kita takut mimpi tersebut mustahil untuk direalisasikan. Tanpa kita sadari ketakutan tersebutlah yang kemudian mengunci mimpi kita hanya bersemayam dalam angan-angan dan tidak terwujudkan. 

Mari kita beranjak dari kotak ketakutan kita, dan kembali melangkah dan berkomitmen untuk terus mengejar mimpi besar kita. Hasil akhir dari pencapaian sebuah mimpi ada pada tangan kita sendiri. Apakah mimpi kita hanya akan menjadi sebuah ilusi dalam sebuah lembaran-lembaran kertas, yang tak bermakna dan berakhir diantara tumpukan sampah. Ataukah mimpi kita akan terwujud dan menjadi kisah indah yang dapat menyemangati orang-orang lain diluar sana, yang juga sedang mengejar mimpinya.

"It's your turn to make other people inspired with your story.." adalah kata-kata yang Chris Gardner ucapkan pada saya, dan masih melekat dalam memory. Inilah saatnya, bukan hanya seorang saya, seorang Merry Riana, tapi juga seorang anda, yang sama-sama berhasil mewujudkan mimpi-mimpi besar kita menjadi kenyataan dan menginspirasikan orang-orang disekeliling kita.


 (Ini kesaksian dari Merry Riana langsung, yg gua tulis sebagai PR waktu seleksi tahap3)

Fail to Find Part 2

Setelah acara interview itu kelar, semua kandidat pada minta tanda tangan dibuku Merry Riana yg mereka punya, juga minta foto bareng sama gua *eh* Merry Riana. Gua manyun gitu liat mereka, sedih gua belum punya bukunya, wakakakakka..
Yokie Emoticons 75

Emang sih gua uda pengen banget beli bukunya, uda tabung tabung uang, tapi kepake terus, itu juga karena kondisi gua yg ga memungkinkan, yg maybe bakal gua ceritain di lain kesempatan.

Setelah interview itu, kita dikasi waktu 3 hari untuk selesein PR yg dikasi sama MRI. Setelah salto, jungkir balik dan kayang sedikit, maka jadilah tulisan gua itu dan langsung gua kirim ke MRI via email. Tulisannya nanti gua publish juga di next post yah. So, ijinkan gua kelarin dulu cerita ini.

Hari ke 4 after interview, gua dapet email dari MRI. Luar biasanya kagetnya, gua kepilih jadi 3 besar untuk interview diseleksi tahap akhir, ditanggal 11 Februari. Ya ampun, susah banget perjuangannya ternyata. Sampai seleksi aja kudu berkali-kali gini.

5 hari menuju hari interview itu, gua merayakan ulang tahun. Dan make a wish yg gua panjatkan setelah meniup lilin kue adalah.. "Semoga gua diterima kerja di MRI, Amin."

Hari interview itu pun tiba. Gua ketemu lagi dengan Merry Riana dan Pak Alva, tapi kali ini one on one. Sekitar setengah jam kita berbincang, mereka menanyakan rencana 5 tahun kedepan, menjelaskan job desk untuk pekerjaan yg gua lamar, juga memberitahukan besarnya gaji jika gua terpilih. Gua pikir, dihari itu juga akan langsung dipilih 1 dari 3 kandidat yg tersisa, ternyata lagi lagi diluar dugaan. Gua disuru pikirin matang-matang, apakah gua akan menerima pekerjaan tersebut dengan segala konsekuensinya. Dan mereka akan menunggu keputusan gua via email, sampai lusa. 2 kandidat lain pun diberlakukan hal yg sama, dan jika 2 diantara mereka menerima pekerjaan itu juga, maka MRI akan memilih salah satu dari kita ber3. Lagi-lagi status gua digantung, hiks.
Yokie Emoticons 80

3 hari berlalu, 4 hari berlalu, 5 hari berlalu, tak ada kabar apapun. Gua mulai galau dan resah. Setiap hari gua cek email dan berdoa dengan khusyuk sambil berpuasa. 6 hari berlalu, 7 hari berlalu, iman gua mulai ciut, mungkinkah gua ga diterima? Entah kenapa, baru kali ini gua menginginkan sesuatu dengan sangat buruk. Seminggu berlalu, gua memutuskan untuk mengganti permohonan gua, "Tuhan, kalau memang nanti aku gak diterima, tolong besarkan hatiku, Amin."

Hari ke 9, email masuk, dan hasilnya gua ga terpilih, sudah kuduga. Saat baca email itu, seketika itu juga gua menangis. Ya ampun, belum waktunya ternyata.
Gua juga ga ngerti kenapa gua menangis, kecewa tidak, kesel juga tidak, cuma rasanya sedih aja, sampai matapun jadi sembab. Gua memang melankolis, karena itu gua biarkan diri gua larut dalam tangisan, itulah cara terampuh yg akan membuat gua menjadi lebih baik. "Tuhan, ijinkan saya menangis sampai puas, bentar aja, OK!"
Kira-kira setengah jam, gua kuraskan air mata dan habiskan segumpal tisue. Seperti yg gua bilang, setelahnya gua jadi lega dan bisa terima semuanya tanpa beban.

Besokan, temen kantor gua tanya soal kabar dari MRI. Entah kenapa, temen gua itu antusias banget nungguin kabar dari MRI ketimbang gua, hahhaa.
Gua bilang "Udah kok, udah ada kabar."
 Temen gua langsung senyum lebar-lebar dan teriak histeris "Serius? terus terus gimana? Lu diterima?" tanyanya sambil mengguncang-guncangkan bangkunya sendiri.
"Enggak, gua ditolak." *hening* Temen gua langsung merasa gak enak gitu sama gua. "Tapi... Yaudalah, gua gak sedih kok. Mungkin emang belum waktunya."
"Iya jo, lu yg sabar yah. Semangat!" hibur temen gua sambil mengepalkan tangannya ala drama korea.
 "Ia tenang aja. Gua masih bisa coba dilain kali, atau.. Gua bisa coba ditempat lain, at least gua ga akan nyerah untuk coba dibidang gua ini." kata gua sambil nyengir kuda, yihaaa~
"Ia, ayo semangat jo, pasti bisa!"

Gua bermimpi dan tak pernah menyesal telah membuat mimpi.
Orang sukses bukan orang yg tak pernah gagal. Tapi orang sukses adalah orang yg berani terima kegagalan dan tetap berjuang. Semakin sering gagal, semakin kita banyak dapat pelajaran. Semakin sering gagal, semakin kita dekat dengan kesuksesan.
Terima kasih Tuhan buat gagal hari kemarin, itu tandanya sebentar lagi gua akan berhasil. Gagal kemarin mengajarkan gua untuk lebih bersabar, lebih giat, dan harus lebih banyak belajar.

Oya, sebelum gua tutup curcol ini, gua jadi inget sama satu kejadian.

Long long time ago..

Ceritanya gua mau ke suatu tempat yg gua belum pernah datangi sebelumnya, jadi gua cuma tau arah jalannya, tapi gua ga tau sejauh apa jarak yg akan gua tempuh itu.

Saat gua naik angkot, gua memutuskan untuk berhenti diujung sebuah jalan, karena arah yg mau gua tempuh itu lurus, sedangkan angkot yg gua naiki itu mau belok. Jadi daripada gua makin jauh dan jadi nyasar, gua berhenti sebelum terlambat. Setelah mempelajari keadaan, gua berinisiatif untuk mencari halte busway terdekat, karena gua yakin kalau ada busway yg melewati rute jalan yg gua tuju. Gua pun mulai mengawali jalan beberapa meter dibawah terik matahari.

Selangkah demi langkah, setapak demi tapak, belum keringat, belum debu, belum sengatnya matahari, semua lengkap mengiringi perjalanan gua itu. Setiap kali gua lelah berjalan, gua kepikiran untuk "naik ojek aja kali yah", tapi seringkali juga gua berontak dan memaksa kaki untuk terus berjalan, dengan keyakinan kuat bahwa "Pasti halte buswaynya udah deket deh".
Sepanjang perjalanan itu, gua bergumul dalam diri, antara mau naik ojek sampai halte busway atau tetep jalan sampai halte? Bukannya pelit yah, cuma gua tuh penasaran banget sama apa kata feeling gua.

1 lampu merah, 2 lampu merah uda gua lewati, ternyata tanpa sadar gua jalan udah sangat jauh dari yg gua kira, dan gua belum juga nemuin haltenya. Akhirnya gua nyerah dan menyetop mikrolet yg kebetulan lagi lewat disamping gua. Pas gua naik dan duduk, belum ada 5 menit dimikrolet, halte busway itu udah kelihatan, dan gua terpaksa turun dari mikrolet yg baru gua naiki. Gua nyesel, kenapa gua menyerah secepat itu, padahal dikit lagi gua sampai, coba aja gua bisa lebih sabar. Yokie Emoticons 34

Setelah kejadian itu, gua belajar untuk selalu berusaha memperjuangkan apa yg udah gua jalani. Gua gak mau jalan setengah-setengah!! Meski gua gak tau seberapa jauh jarak yg akan gua tempuh, tapi selama gua tau arahnya, gua pasti gak akan nyasar.

Sometimes in life, i just think "Yes, One step closer to find it!"
And then i realize, that i need a lot more step to achieve it.
Sometimes we lose, sometimes we win. 
Be tough, be strong, be patient, always pray, never give up. God will make a way.


thank you for reading~


Fail to Find

Bulan Desember yg lalu gua ngeliat account twitter @merryriana bahwa telah dibuka lowongan kerja yg amat sangat teramat menarik perhatian gua, karena itu gua memutuskan untuk melamar.

Ini kali keduanya gua coba lamar di PT Merry Riana Indonesia (MRI), pertama gua coba lamar saat lowongan Business Development Officer dibuka. Uniknya lamar di MRI, ga kayak ngelamar kerjaan di Perusahaan lainnya loh. Biasanya kalau kita kirim lamaran kan tinggal tunggu telepon dari Perusahaan yg bersangkutan untuk panggilan interview selanjutnya. Nah ternyata di MRI, yg ngelamar itu ratusan orang, dan diberlakukan sistem seleksi beberapa tahap sampai tinggal beberapa kandidat terpilih yg akan diundang untuk interview berjamaah. Karena itu hal yg hak biasa, jadi setelah kirim email lamaran, gua pun ga pantengin email lagi. Alhasil gua pun gak tau kalo kepilih jadi 100 kandidat yg lolos seleksi tahap 2, karena kabarnya diberitahu lewat email. Dan gua udah terlambat reply email dari Admin MRI, kesempatan pertama pun terlewatkan.

Lalu hadirlah kesempatan kedua, dimana MRI membuka lowongan lagi, dengan job desk yg lebih menggigit gairah gua untuk melamar, lowongan itu adalah Executive Writer. Gua pun mengirim email lamaran kerja dan berharap akan kepilih lagi 100 besar, and itu terwujud!! Yeahhhhh...

Pas tanggal 30 Desember,di Pascal Hypersquare, Bandung, gua diajak Retha Gemblong untuk ke sebuah kolam. Menurut penuturannya sih, disana ada patung orang yg memegang sebuah ring, dan barangsiapa yg berhasil melemparkan koin ke dalam ring dipatung tersebut, maka kita bisa memohon sebuah keinginan.

Pertama-tama gua liatin cara si Gemblong lempar koin. Sekali lempar, dua kali lempar dan tiga kali lempar, akhirnya ada yg masuk juga setelah berkeringat seember (biar mendramatisir), dan segeralah dia melipat tangan, menutup mata, kayak orang lagi doa makan.

Oh gitu toh caranya.. I see.. I see.. Kata gua dalam hati. Gua pun ngikutin ritual yg sama, persis kayak yg telah dia contohkan. Pas berhasil lempar koin, segera gua tutup mata dan melipat tangan didepan kolam itu sambil berharap sebuah keinginan..

"Mmm... Apa yah? Moga yg terbaik terjadi deh.. Eh, ga spesifik amat ini doa, ga deh ga deh, ga jadi.. Mmmm... Semogaaa.. Apa yah??? Ahhh.. Semoga gua diterima kerja di Merry Riana aja, Amin!"

Begitu gua buka mata, si Gemblong uda cekikan ketawain gua, sambil bilang..
"Lu doa apaan sih? lama amat lu berdoa, sampe diliatin orang-orang, lu berdoa sama patung"
"Ye, lu kan nyontohinnya begitu, jadi gua ikutin"
"Ia tapi gua kan ga lama-lama kaya lu, wakakakakka"

Bikin malu sumpah, pingin rasanya gua tenggelamkan muka dibalik ketiak rapat-rapat, biar orang gak ngapalin wajah gua, LOL.
Ya namanya juga belom siap sedia, jadi bingung mau mohon apa. Untungnya sih Tuhan kaga murka yah, karena baru saja gua menghianatiNya, gara-gara mulai berharap sama patung.

Tanggal 21 Januari, gua mendapat email balesan dari MRI, yg mengabarkan kalau gua kepilih dari 300 pelamar lainnya, untuk menjadi 100 kandidat yg masuk seleksi tahap 2. Yayyy.. Senangnya! Tapiii... Ada PR yg harus segera gua kerjakan, yaitu gua harus segera menjawab beberapa pertanyaan yg diajukan MRI melalui email dengan menggunakan 60-100 kata untuk jawaban dari setiap pertanyaan. Dengan sesegera mungkin, gua membalas email beserta PR nya itu.

Belajar dari pengalaman yg sudah ada, tiap hari gua pantengin email dan ngecek semoga ada email baru dari MRI yg masuk. Tanggal 27 Januari, gua girang setengah mati setelah dapet email, bahwa gua kepilih menjadi 20 kandidat yg masuk seleksi tahap 3, dan diundang interview berjamaah (sekaligus sama 19 kandidat lainnya) di tempat yg ditentukan.

Di hari H, ternyata yg dateng interview cuma 12 orang.
Syukurlah, saingan gua berkurang, fufufu.. *elus elus dada* 
Interview diawali dengan selembar kertas yg kudu, wajib, harus kita isi sebagai tes psikotes. Begitu teng go, sesuai jam yg ditentukan, interview pun dimulai, dan itu kali pertamanya gua liat Merry Riana sama Pak Alva secara live tanpa jeda iklan pop mie, indomie, sarimie (kenapa mesti semuanya mie?!? #efeklaper).

Pertama-tama kita disuruh memperkenalkan diri masing-masing dan beritahu prestasi membanggakan yg pernah kita capai. Gua dapet urutan orang kedua terakhir, jadi gua sangat menikmati betul rasa ketar ketir, jiper dan minder ga karuan, pas dengerin pesaing-pesaing lainnya bercerita.
Dengerin mereka cerita satu persatu, gua jadi kalut, karna mereka punya jam terbang lebih tinggi daripada gua, dibidang jurnalistik. Ada yg kerja di TV, ada yg kerja di majalah, ada yg uda bikin 2 novel, ada yg bikin buku tesis dan dipublish di Jerman, dan sebagainya dan sebagainya, yg sukses bikin gua nelen ludah, sesek napas bahkan mau pingsan.
Yokie Emoticons 78

"Gak boleh minder!! Gak boleh minder Jo!! Semangat!!! Cemungud eak kakakz *gaya alay jaman kini*" kata roh gua yg ternyata uda terbang keluar dan lagi nyemangatin raga gua yg lagi cengok, melongo dengerin cerita prestasi masing-masing kandidat.
And you know what, yg makin bikin gua ciut adalah tak ada satupun dari mereka yg luput membawa bukti nyata karya mereka dalam bentuk print out, terkecuali gua. Ahhhh gila, ini mah gua udah pasti gagal. Mau gua bilang pernah menang lomba nulis kek, mau gua bilang doyan nulis di blog kek, mau gua bilang sering buat artikel di media online kek, mana ngepek kalau ga ada bukti. Mati gaya!!

Gua mana ada kepikiran sampe harus kasi liat print out hasil karya. Emang sih beberapa hari sebelum interview, gua sempet searching tulisan gua yg pernah dimuat di media portal game, tapi berhubung itu postingan uda lama banget, jadi content nya pun udah diapus semua. Sedangkan artikel lainnya yg pernah dimuat dimajalah komunitas gua, uda hanyut kena banjir, hiks Yokie Emoticons 45 Tak ada harapan!!

Untunglah gua bisa bernafas lega, setelah mendapat PR tambahan dari Pak Alva. Tugasnya adalah, kita disuruh buat rangkuman tulisan tentang pengalaman Merry Riana yg akan diceritakannya nanti. Yess, gua masih punya harapan! Setidaknya penilaian gak akan bersifat subjektif, dan masih bisa berharap agar tulisan gua nanti, bisa membawa gua untuk terpilih dipekerjaan ini. 

Pertanyaan terakhir yg ditanyakan oleh Merry Riana dan Pak Alva, yg kudu, wajib, harus dijawab sama semua kandidat interview adalah sebuah pertanyaan yg simple, yaitu kita harus menjelaskan mengapa MRI harus memilih kita?

Udah pasti kalau ditanya mengapa, kami para kandidat berangkat dari alasan utama yg sama, yaitu ingin ada dibawah bimbingan seorang motivator penuh inspiratif, seperti Merry Riana. Tapi untuk alasan spesifik gua sendiri, adalah ini.. 

"Saya mengawali mimpi saya pada sebuah buku diary SMP, yaitu ingin menjadi seorang penulis. Karena itulah saya mulai menulis, dan bahkan bersikeras untuk minta dikuliahkan di jurusan jurnalistik, dimana saya harus berdebat dulu dengan ayah, yg menyuruh saya untuk mengambil jurusan akuntansi. Ayah sayalah orang pertama yg melarang saya mengambil jurusan itu, tapi dia juga yg pada akhirnya mengantarkan saya untuk membeli formulir di Fakultas yg saya inginkan. Oleh sebab itu, saya merasa berhutang pada beliau, dan berjanji pada diri sendiri bahwa apa yg telah saya perjuangkan dihadapan beliau tidak akan saya sia-siakan. Saya akan berusaha untuk bekerja dibidang yg saya pilih. Selain itu, saya juga memiliki mimpi untuk membuat sebuah buku. Saya pun tidak mau sembarang menulis, karena saya berharap tulisan saya nantinya dapat bermanfaat dan memotivasi banyak orang, itulah sebabnya saya melamar di MRI. Karena saya percaya bahwa, kalau kita ingin menjadi seorang penari profesional maka kita harus belajar dari seorang yg profesional (perumpamaan aja). Saya percaya, Ibu Merry Riana akan menjadi mentor yg tepat buat saya."


to be continue.. 




Jumat, 12 April 2013

Dear Diare

Dear Diare,

Hari ini aku buat iri orang satu rumah loh, karena aku menjadi akrab dengan jamban. Menemuinya setiap saat dan bergegas menghampirinya lagi dalam beberapa saat. Rasanya aku kena pelet sama jamban deh, soalnya kerap kali aku merasa cenat cenut, aku selalu kepikiran dia. Hubungan kami sangat dekat, lekat, meski tak terencana. 

But Diare, rasanya hubungan ini gak direstui deh.. Contohnya aja, tadi siang, kamu tau? Tadi siang aku diberi pil oleh ibuku, katanya bulatan bulatan kecil yg pahit itu, akan ampuh menghilangkan pelet dia ke aku, really? Sampe segitunya kah kita harus dipisahkan? Lanjut atau tidak hubungan kita nanti, aku percaya itu yg terbaik untuk kita.

Udah dulu yah Diare curhatnya, cenat cenutku kambuh lagi nih.. See ya~

Salam,
Lol


Kopi Susu Panas

Pernahkan kalian mencoba menyeduh segelas kopi susu panas? Ada yg pernah, mungkin juga ada yg belom pernah (iyuw, kamseupay)

Semalem gua abis berantem sama si ceceh. Masalahnya sih sepele, tapi berantemnya luar binasa hebatnya, serasa seisi rumah terbakar api cangcurupan akibat kita berdua.

Awalnya gara-gara gua mau pinjem laptop dia buat nonton dvd, tapi mendadak dia malah jadi ngomelin gua gara-gara laptopnya rusak. Dulu gua emang pernah salah nyolokin laptop ke saluran yg salah, tapi itu cuma sekali dua kali, dan setelahnya gua colok ke saluran yg benar. Tapi si ceceh malah bilang itu penyebab laptop dia rusak. Padahal gua udah lama banget ga pake lagi itu laptop, dan terakhir-terakhir dia terus yg pake laptopnya sendiri. Waktu rusak bilang gara-gara gua, what the?? *sudahlah tidak usah diteruskan* 

Gua ga pusingin soal laptopnya, anggap aja emang gua pernah salah, tapi yg gua ga terima itu, dari masalah laptop, si ceceh malah nyerembet ke masalah status gua yg sekarang pengangguran. Apa hubungannya heiii?? Am i wrong, if i'm going mad??

Gua sedikit sensi kalo apa-apa disangkut pautin sama status gua yg gak bekerja. Kalau gua lamar dan belum dipanggil interview, emang salah gua?!? At least, gua kan ga diem-diem aja dan tunggu kerjaan jatuh depan muka gua, gua udah lamar dimana-mana kok, cuma belum waktunya aja dapet kerjaan-kerjaan itu. Jadi gua kesel banget, kalo gua disinisin sama sesuatu yg bukan salah dan atas kemauan gua!! Fuhhh~

Abis cape berantem dan kesel setengah mati, gua ngurung diri dikamar sampe ga makan (sampe sekarang gua nyesel, karena belaga pake acara mogok makan). Pas orang rumah udah pada tidur, naga bonar diperut mulai ajojing. Gua kalaparan saudara-saudara!! *ngunyah bantal* 

Setelah beberapa menit berdebat dengan naga bonar yg mendemo di lambung, akhirnya gua memutuskan untuk turun ke bawah dan mulai melakukan aksi "gratak dapur". Nasib eh nasib, efek belaga mogok makan itu mengakibatkan sayur dilemari pun tinggal history. Semua lauk mauk serta sayur payur, HABIS!

Okelah, untung ada changg chang~ *mata genit*
 Makanan enak tapi bisa bikin bisul, yaitu TELUR!!

Langsung aja gua pentokin telur ke wajan, dan cusss~ jadilah telor ala kadadar.. Karena sisa nasi di mejik jer tinggal beberapa butir, perut so pasti ga kenyang dong. Si naga bonar pun masih cocot minta asupan nutrisi lebih. Alhasil gua pun menyeduh kopi susu untuk dimakan bersama sang sahabat penderita sakit maag, yaitu biskuit marie!

Pertama-tama gua menuangkan serbuk kopi kedalam gelas keramik ukuran sedang. Berhubung gua takut ga bisa tidur nanti, jadi gua menuangkannya serbuk kopi hanya seperempat sendok teh. Setelahnya serbuk itu gua siram dengan air panas yg hampir segelas penuh, lalu gua tambahin dengan susu cair.

Rasa-rasanya susu yg gua tuangin kedalam kopi itu uda cukup banyak, banyak, malah kebanyakan. Tapi kenapa yah, tiap kali gua cobain minum, ga terasa manisnya. Gua terus ulangi menuangi susu cair, dan mencoba kopi susu eksperimen gua, tapi tetap tidak terasa manisnya. Lalu, dengan logika yg sadar dengan terlambat, akhirnya gua menghentikan menuangi susu cair ke dalam kopi yg sudah berubah warna menjadi putih butek (engga putih susu juga enggak hitam kopi).

Gua coba cara lain menyantap minuman yg gua buat itu, dengan meniupnya terlebih dahulu, baru menyerumputnya. And it works!! Ternyata kopi susu itu memang sudah manis, tapi tidak terasa karena gua meminumnya panas-panas.

Entah kenapa peristiwa berantem sama si ceceh yg baru terjadi, terlintas kembali dikepala seperti sebuah film yg berputar, saat gua juga telah menemukan cara menyantap kopi susu gua dengan nikmat.

Can't imagine, gua bisa ditegur oleh segelas kopi susu!!

Acara gua berantem sama si ceceh memang masalah sepele, dan gak penting diperpanjang. Dan disela-sela pertengkaran itu memang ada sebuah perhatian yg salah dibungkus dengan kata-kata tajam, menohok, menusuk, menikam, bla bla bla.. Tapi semua berubah ketika hati gua yg keburu panas dan sensi, yg mengakibatkan pertengkaran itu semakin sengit.

Sama dengan cara gua menyeduh dan meminum kopi susu dimalam itu. Karena terlalu terburu-buru untuk meminumnya, jadi manis pun gak berasa karena lebih dominan panasnya.

Terkadang kita akan menemukan perhatian-perhatian dari orang terdekat yg tidak terbungkus dengan kata-kata indah dan kata-kata motivasi. Perhatian yang diberikan seringkali tidak dibungkus dengan tepat, perhatian itu kadang diberikan dalam bentuk kata-kata yg tajam dan menyayat hati setajam silet dan sangat blak-blakan setransparan singlet *loh*
 

Tapi, karena kepala keburu panas dan hati keburu emocihh *bahasa alay*, perhatian itu berubah jadi gak berarti sama sekali.

Coba tiup kopi susu panas yg telah dituangi banyak susu itu sejenak, lalu coba meminumnya lagi. Manisnya pasti akan terasa.

Coba saja dibalik kata-kata amarah dan cacian yg pernah kita terima dikuping, kita saring dengan kepala dingin dan hati yg tenang, pasti kita akan menemukan sebuah bentuk perhatian yg terselubung.

Setelah tulis post ini, gua bbm si ceceh minta maaf. Geli sih, gengsi sih, tapi karena gua bukan seorang pengecut dan anti tidak minta maaf kalau berbuat salah, maka gua lakukan itu.

Semoga tulisan ini bisa mengajarkan kalian untuk menyantap kopi susu panas dengan baik dan benar, LOL