Senin, 10 Oktober 2011

Secretly Loves Part 1

Seperti malam-malam biasanya, dan malam-malam yg sudah-sudah, semenjak seminggu yang lalu, semenjak ku dengar berita pernikahan El, semenjak itu kuputuskan untuk menuliskan kisah ini pada sebuah blog..

Kisah tentang aku dengan El.. Yang mungkin suatu hari nanti hanya akan jadi memory saja..

  Secretly Loves

Aku mulai membuka browsing, memasukkan alamat blogku, dan mulai menulis. Di temani secangkir kopi untuk membuatku tetap terjaga sampai 2 jam kedepan. Dan tidak ketinggalan, diiringi keusilan Jack, teman kerjaku yg slalu ingin tau saja apa yg ingin ku tulis. Meski dia mengamati dengan tak bersuara, namun sepasang matanya yg belo itu sukses membuatku tak bisa konsentrasi untuk menumpahkan apa yg ada dipikiranku ini.

Sudah jam 11 malam, aku akan menelepon El dan menanyakan kabarnya..

"Gw baek-baek aja kok.. Deg-degan banget nungguin hari itu.. Udah belakangan hari ini jam tidur gw semakin kacau.. Kayaknya bentar lagi mata gw bukan hanya sekedar segede jengkol deh, tapi bisa segede buah kedondong.. Eh, buah kedondong sama jengkol, gedean mana yah??....."

El, teman baik ku..

Awal berjumpa dengannya, saat  kita berdua masih berumur 7 tahun. Kami berpapasan didepan mini market, saat bersama ibu kami masing-masing. Ternyata ibu kami itu dulunya teman 1 SMA, jelas saja terlihat akrab. El yg waktu itu meyibak poninya dengan sebuah bando, memberi salam kepada ibu ku dan menghampiriku yg tengah menyembunyikan diri dibalik badan ibu. I a datang dengan segenggam cokelat ditangannya dan memberi separuh cokelatnya itu kepadaku.

Sejak seumur itu, aku sudah mulai memegang camcorder mini, yg slalu kukantongi disaku jaket biru kesayanganku.. Memang aku suka sekali merekam-rekam. Ya merekam apa sajalah, asal merekam. Merekam saat muka ku masih lecek habis bangun dari tidur, merekam saat aku menemui mami di dapur tengah membuat sarapan, merekam papi yg sedang baca koran di meja makan sambil menunggu sarapan datang, dan merekam supir yg tengah mengendarai mobil dengan seksama.

Tapi semenjak mengenal El, dan semenjak El pindah ke sekolahku, semenjak kami mulai bermain bersama, semenjak itulah aku bukan lagi merekam aktifitasku sehari-hari, tapi merekam El..

Aku ini si kepala botak dengan kacamata seperti tutup botol, yg bukan hanya seorang pemalu, tapi juga seorang pengecut. Menggelikan bukan? hahaha.. Aku pun merasakan hal yg sama, saat menulis kata-kata barusan. Waktu SD, ada sekelompok anak-anak rese yg sering disebut El "segerombolan si berat". Mereka adalah oknum yg sangat suka sekali mengerjai dan menghinaku habis-habisan.

Segerombolan si berat yg diketuai Kid, anak paling besar diantara anak-anak lainnya itu, selalu mengejek ku dengan kata-kata "banci". Bagaimana tidak? Kemana-mana aku selalu jadi pengapit El, bermain masak-masakan sama El, bermain boneka-bonekaan sama El, makan pun suka sepiring berdua, romantis bukan? Kalau kata ku, itu seperti Romeo dan Juliet, tapi entah mengapa, gerombolan si berat itu menyebutnya dengan kata "banci". Ya mungkin karena aku terlihat tidak pernah bermain dengan anak laki-laki, tapi menurutku itu karena aku ini anak laki-laki yg lembut, yg mempunyai obsesi untuk selalu bersama El.

Aku sangat malu sekali, saat El menemukan aku tengah menangis di pojokan tembok belakang sekolah. Ia melihat aku tengah terisak-isak saat itu, padahal aku sudah menyembunyikan mukaku yg semerah paprika itu dibalik lipatan lututku, tapi memang cegukan hasil menangis setengah jam ku itu, tidak bisa ku sembunyikan lagi.

El membangunkan ku dengan paksa, dan menarik tanganku dengan kasar untuk mengikuti dia. Saat itu aku masih terisak-isak dan pasrah mau dibawa kemana saja, terserah.. Dan langkah kaki El, terhenti tepat didepan Kid. Tanpa ba bi bu, El langsung melemparkan tinju ke muka Kid sampai ia tumbang, lalu menarik tanganku kembali untuk mengikutinya pergi meninggalkan segerombolan si berat. Wowww, aku terkesima.. Meski El saat itu tidak berkata sedikitpun, tapi aku tau dia baru saja membelaku.

Besokannya si Kid datang bersama gerombolannya dan mencegatku di lorong sekolah. Sepertinya ia mau balas dendam, dan menantangku untuk berkelahi. Sumpah, aku sempat gemetaran dan merinding saat itu, tapi aku teringat pada kata-kata El yg kemudian sukses membangkitkan keberanianku untuk menerima tantangan si Kid..

"Jadi cowo jangan lemah dong, masa digituin aja nangis. Kalau kamu cengeng lagi kaya gini, mending kamu pake rok aku.. Kalau kamu benar, gak usah takut!!"

Kata-kata itu memicu adrenalinku, mengguatkan kepalan tanganku yg sukses mendarat di perut Kid. Setelah itu, mamiku di panggil oleh Kepala Sekolah, hahaha..



Dari El, aku belajar untuk menjadi seorang yang lebih berani..




3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. bagus2 hehehe ^^..ud bca part 2 jg..keren dha..makna terakhirnya bagus cuy

    BalasHapus
  3. semoga menikmati, hauhauhua~ silahkan di baca sampai endingnya yah :p

    BalasHapus