El sangat anggun dan cantik, dia seperti malaikat yg turun dari surga. Gaun putih yg panjang itu membuat ia tambah mempesona, aku adalah orang yg sangat beruntung bisa menjadi pendampingnya..
Jam weker berbunyi tepat disamping telingga ku dengan keras, dan sebuah telapak tangan menepuk bahuku berkali-kali..
"Bangun bosss, sudah jam delapan!!" Jack memberi aku secangkir kopi panas.
Oh shittt, kenapa aku harus terbangun dari mimpi indah itu.
"Gue abis mimpi nikah sama El."
"Wahhh, serius lu?? Obsesi yg berlebihan.."
"Hahaha.." entah kenapa lelucon dari Jack itu terasa sangat kena dihati ku..
Pagi ini perasaan ku sudah tidak enak. Apa karena mimpi itu?? Mimpi yg sangat aku inginkan benar-benar terjadi dalam kehidupan nyataku, tapi harus ku buang jauh-jauh imajinasi mustahil itu.
"Halloooo..."
"Semalem tidur jam berapa?"
"Semalemmm?? Pagi tadi kali.. Jam 2.."
"Ohhhhhhhh.."
"Kenapa?? ada yg mau di omongin??"
"Engga kok.. ya uda, lu lanjut tidur gih.."
"Okeeee, kalau ada apa-apa, telpon aja yah.."
"Oke, bye.. have a nice sleep"
"You too, have a nice day.."
Bagaimana ini? Aku harus apa?? Semalaman aku kepikiran terus tentang kata-kata dari El. Kata-kata tentang kesempatan yg mungkin saja tidak akan datang lagi.
------------------------
Jam setengah 3 sore
------------------------
"Arghhhhhhhhhhhhhhhhhh..." aku mengacak-acak rambutku, frustasi
"Masi kerjain itu bos??"
"Jackkkkk.." aku memutar bangku ku ke arah Jack
"Kenapa??"
"Kalau gw gak punya kesempatan untuk menyelesaikan film ini, tolong selesaikan yah.."
"Pinter amat lu, lempar tanggung jawab ke gw." Jack melempar ku dengan segumpal kertas bekas
"Hahaha.."
Aku benar-benar seperti orang idiot saat ini. Bukan seperti lagi, rasa-rasanya aku benar-benar idiot. Hati kecil ku yg paling dalam, memaksaku untuk cepat berterus terang tentang perasaan aneh yg ku alami ini. Perasaan aneh yg ku rasakan sejak lama ke El. Tapi, bahkan aku tidak tau bagaimana cara mengutarakannya, bagaimana cara memberitahunya. Setelah lebih dari 10 kali mondar mandir di depan meja kerjaku, aku akhirnya memberanikan diri untuk menelepon El.
"Yaaa.."
"Udah makan?"
"Uda dong.. lu?"
"Udahhh.."
"Ohhhhhh.."
terdiam.. bingung.. ngeblank..
"Lagi apa lu? ga kerja?"
"Lagi stress.."
"Ha? kenapa?"
"Emmm.. emmm.."
berfikir.. tapi tak tau apa yg sedang dipikirkan..
"Biasanya orang kalo lagi stress itu karena masalah cinta.. Apa karna itu? Ow, atau karna masalah kerjaan?"
"Ya, karena itu?"
"Ya, yg mana? yg pertama apa yg kedua?"
terdiam kembali..
"Halloooo..."
"Yangggg.. pertamaaa..."
"Uwewwwwwwww.. cieeeeeeeeee.. gak salah dengernya nih?? cieeee, yg lagi jatuh cinta.. sama siapa??"
"Ada lah.."
"Cerita.. cerita donggggg... Siapa? siapa?? Ceritaaaaaa..."
"Seseoranggg yg gw kenal sejak lama..."
terdiam lagi..
Aku memperhatikannya tanpa dia tau aku telah melakukannya. Aku mengharapkannya tanpa dia tau aku menyembunyikan hal itu darinya. Aku berusaha keras untuk menyadari kenyataan, tapi hati kecil ini menolak. Aku mengikis sendiri hatiku yg perih, karena sulit mengungkapkan apa yg ada. Aku menyimpannya dalam hati tanpa dia tau bahwa sebenarnya aku mencintainya..
terdiam..
"Halloooo.. masi disana kan??"
"Haa?? ia gw masi disini kok.."
"Ohhhh.. lu udah bilang ke cewek yg lu taksir itu, klo lu suka sama dia?"
"Belum, hahaha.."
"Begooooooooo.. ntar keburu di caplok orang loh.."
"Hahahaha... Oya, besok gw ke lokasi sekitar jam 9an yah.."
"Wooo, ngalihin pembicaraan dehhh.."
Maaf, aku baru bisa mengatakannya dalam hati..
Dari El, aku belajar bagaimana mencintai tanpa harus dicintai..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar