Senin, 10 Oktober 2011

Secretly Loves Part 2

Aku terbangun saat leher ku sudah benar-benar kaku akibat tertidur di meja, dengan laptop masi menyala. Sial,  Jack bukannya membangunkan aku dan menyuruhku untuk tidur dikasur, tapi dia malahan tertidur di sofa dengan remote tv di tangan.


Aku meraih ponselku dan mengirimkan pesan singkat untuk El..


"Jam brapa lu tidur semalem?


Sepertinya laptop ini memang harus ku istirahatkan, setelah semalaman menontonku tertidur. 20 detik setelah ku mengirimkan pesan, handphone ku bergetar karena ada pesan yg masuk, pasti dari El, si tangan cepat untuk mengetik


"Semalamm??? Yg bener aja, gw bahkan belum tidur sampai sekarang T,T"


Spontan aku langsung menekan nomor di ponselku, dan menelepon El.


"Kenapa blom tidur lu?"
"Gw kangen mamiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii....."


Hahaha, anak ini!! Padahal dulu waktu ia kecil, ia sempat ngambek sama maminya sendiri sampe 3 hari ga mau makan dan ga mau sekolah ataupun keluar kamar. Karena kasus tinju mautku ke Kid, mami El menghukum dia untuk tidak boleh keluar bermain sampai batas waktu yg tidak ditentukan. El diomelin habis-habisan, karena dianggap uda ngajarin aku yg engga-engga.. Tapi hukuman itu ternyata ga ngaruh buat El, yg emang dasarnya kepala batu. Dia malah ngambek lebih parah dari hukuman yg diberikan maminya.


Setelah 3 hari tidak nampak disekolah, aku datang kerumah El dengan membawa boneka teddy bear setinggi lututku. Aku menyelinap masuk dan mengetuk pintu jendela kamar El. El membuka jendela kamarnya dan membantuku untuk memanjat masuk ke kamarnya. Ternyata teddy bear yg ku bawa, belum berhasil melunakkan keras kepalanya. Aku bersusah payah membujuk dia untuk memberhentikan aksi ngambeknya, dan menyakini bahwa maminya sudah tidak marah lagi padanya.


Setelah mulutku berbusa dan aku hampir menyerah, akhirnya El pun luluh dan mau ku ajak bermain sepeda diluar. Oh ya, bisa dibilang saat itu mungkin hanya El satu-satunya teman yg bisa ku percaya, bisa ku ajak bercerita tentang apa saja, dan yg paling bisa menghargai ku. Ketika aku merasa, aku adalah anak yg tidak mempunyai sesuatu yg bisa ku banggakan pada orang lain. El lah, satu-satunya orang yg selalu membanggakan aku didepan kedua orang tuanya dan kedua orang tua ku.


"Aku mau seperti kamu, jago naik sepeda!! Kamu adalah anak yg paling beruntung, bisa menaiki sepeda roda dua seperti ini.."


El berkata demikian, sembari mulai mengayuh sepeda roda dua milikku. Aku memegangi jok bangku sepeda yg dinaiki El dari belakang, untuk berjaga-jaga jika suatu kali El kehilangan keseimbangan.


"Lepasss.. lepass.. lepaskan aku.."


Aku melepas pegangannya dan membiarkan El mengayuh sepedanya sendiri. Awalnya sangat lancar, walau sedikit oleng-oleng. Namun ia berteriak panik, ketika melihat ada pohon besar didepannya yg semakin lama semakin dekat.


"Remmmm.. remmm tangannnn..."   teriak ku pada El, tapi tidak sempat. El berhasil mendarat di tanah setelah menghantam pohon besar dihadapannya. Dalam hitungan sepersekian detik, ia pun menangis kesakitan karena lutut kanannya yg tergores.
"El... uda donk, jangan nangissssssss.. uda gak apa-apa"
"Apanya yg gak apa-apa, sakit tahu.." 
"Ayo donk berhenti nangisnya, aduhhhhh.. repot dhe, jangan cenggeng donk.. Kamu aja suru aku jangan cenggeng, masa kamu sendirinya cenggeng."
"Ya bedalah, kan kamu anak cowo.. kalo aku kan anak cewe, jd gpp klo nangiss"
"Isss, sama aja.. mau cewe mau cowo, ga bole cenggeng.."
"Bodoooo.. bodoooooo.."
"Dasar batuuu"   ku jitak kepalanya dan sukses membuat tangisannya semakin keras.


Entah kenapa, aku tidak peduli dengan sepeda hadiah ranking 1 dari ayahku, yg sangat kusayangi itu tergeletak ditengah jalan. Yg kupikirkan saat itu hanya membopong El untuk cepat sampai kerumah dan mendapatkan perawatan pada lukanya. Kalian masih ingat tentang obsesi ku untuk selalu bersama El?? Sepertinya obsesi ku bertambah 1 lagi setelah hari itu : yaitu untuk bisa selalu menjaga El dan tidak akan membiarkan ia menangis seperti itu lagi..


          Dari El, aku belajar untuk bisa menjaga seseorang dengan baik..

1 komentar: