“Sisi,
kemarilah..”
Aku menghampiri paman yang tengah berbincang
dengan sepasang suami istri.
“Ada apa paman?”
“Kenalkan, dia sepupuku dan ini suaminya..”
“Hallo Sisi.. kau anak yang rajin ya..” seorang wanita setengah baya menyapaku dan tersenyum.
“Dia sudah menikah 20 tahun, dan belum mendapatkan keturunan.” Kata paman kepadaku.
“Laluuu??”
“Dia menyukai adikmu, dan ingin mengadopsinya, bagaimana menurutmu?”
“Tidakkkk... aku tidak akan memberikan adikku..”
“Sisi, masa depan adikmu akan lebih baik bersama kami. Kami akan mengkuliahkannya keluar negeri, saat dia besar nanti.”
“Adikku tidak perlu itu, adikku tidak akan berpisah dariku, jadi jangan sekali-kali bibi mencoba mengadopsi adikku, karna aku tidak akan membiarkannya bi..”
...
“Ada apa paman?”
“Kenalkan, dia sepupuku dan ini suaminya..”
“Hallo Sisi.. kau anak yang rajin ya..” seorang wanita setengah baya menyapaku dan tersenyum.
“Dia sudah menikah 20 tahun, dan belum mendapatkan keturunan.” Kata paman kepadaku.
“Laluuu??”
“Dia menyukai adikmu, dan ingin mengadopsinya, bagaimana menurutmu?”
“Tidakkkk... aku tidak akan memberikan adikku..”
“Sisi, masa depan adikmu akan lebih baik bersama kami. Kami akan mengkuliahkannya keluar negeri, saat dia besar nanti.”
“Adikku tidak perlu itu, adikku tidak akan berpisah dariku, jadi jangan sekali-kali bibi mencoba mengadopsi adikku, karna aku tidak akan membiarkannya bi..”
...
Aku sangat tersinggung mendengar ucapan bibi itu. Dia pikir aku tidak bisa membuat masa depan adikku menjadi baik? Menyebalkan..
“Kakak.. “
“Kenapa?”
“Sedang apa?”
“Mencuci piring.”
“Aku mau bantu.”
“Tidak apa-apa, aku kuat.”
“Aku tau kau kuat, tapi tidak usah.”
“Kakak.. kapan kita akan pulang kerumah?”
“Kita tidak akan pulang kerumah Lee, ini rumah kita sekarang.”
“Ini bukan rumah kita, ini rumah paman. Rumah kita bersama ibu dan ayah kak. Aku rindu mereka kak, ayah juga pasti sedang mencariku.”
“Ayah tidak akan mencarimu.”
“Tidak mungkin, ayah pasti mencariku.”
“Tidak akan.”
“Dia pasti mencariku..”
Aku membanting piring karena kesal pada Lee dan memarahinya.
“Sudah kubilang berapa kali padamu, ayah tidak akan mencarimu!! Tidak akan!! Dengar baik-baik perkataanku, kau tidak punya ayah, tidak punya ayah!! Kau hanya punya aku dan ibu yang sudah meninggal.. Dengar itu?”
“Kakak kenapa memarahiku?? Meninggal itu apa??” Lee menangis ketakutan mendengar teriakanku..
“Kau mau tau apa artinya meninggal?? Meninggal itu tidak bisa bertemu lagi, meninggal itu tidur dan tidak bangun-bangun lagi, meninggal itu sekalipun kau memintanya untuk datang, dia tidak akan datang, meninggal itu..”
“Ada apa ini??” paman menyeka pembicaraanku dan menggendong Lee yang menangisnya semakin keras.
“Sisi, kenapa kau memarahi adikmu seperti itu?”
“Aku hanya memberitahu padanya untuk tidak mencari ayah dan ibunya lagi.”
...
Mungkin benar kata bibi itu, aku tidak bisa memberikan masa depan yang baik bagi Lee. Aku hanya bisa membiarkan dia kelaparan, gatal-gatal, memarahinya dan membuatnya menangis, aku tak bisa membahagiakannya. Dia sangat merindukan ayah dan ibu, mungkin keluarga yang utuh yang sangat ia butuhkan saat ini, maka aku membiarkan bibi itu mengadopsi Lee.
“Kakak, kenapa memelukku seperti ini?”
“Tidak apa.. Lee, berjanjilah padaku, kau harus dengarkan apa yang dikatakan pada bibi dan paman yah. Kau harus jadi anak yang baik dan penurut.”
“Iyaaa, tapi memangnya aku mau dibawa kemana? Kenapa kakak tidak ikut?”
“Aku akan menyusul. Kau akan dibawa jalan-jalan oleh bibi dan paman.”
“Tapi janji yah, kakak pasti menyusul.”
“Ia, tenang saja.. Sudah masuk ke mobil sana.”
“Aku pergi yah kak, cepatlah menyusul. Dadahhh kakakkk...”
“Dahhhh... bersenang-senanglah..”
Aku melihat mobil yang membawa Lee itu pergi..
“Apa tidak apa-apa, kau berbohong seperti itu pada adikmu?” tanya paman padaku.
“Terkadang, kebohongan lebih baik dari kebenaran..”
....
Hampir satu minggu aku berpisah dengan Lee. Pasti dia sudah hidup bahagia dengan keluarga barunya, setidaknya dia bisa makan sampai kenyang, tidur sampai pulas, dan sekolah sampai tinggi. Ibu, maafkan aku terpaksa melakukan ini..
“Kakakkkkkkkkkk.. kakakkkkkkkkkkkk..”
suara itu masih teringat jelas ditelinggaku, mungkin aku terlalu merindukan Lee.
“Kakakkkkkkkkkkkkkk.. kakakkkkkkkkkkkk..”
“Leeee.. kenapa kau ada disini?” aku kaget setelah melihat Lee berlari dari pintu ke arah ku.
“Kakakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk..” Lee menangis sambil memelukku..
“Kenapa kau menangis, apa kau bak-baik saja?” aku menepuk-nepuk pundak Lee, berusaha menenangkannya.
“Dia terus menangis semenjak tiba dirumah, dia tidak mau makan juga tidak mau berbicara pada kami, dia terus memanggil-manggil namamu, sepertinya dia memang tidak bisa berpisah darimu.” Bibi menjelaskan padaku dengan muka sedikit kecewa.
“Kakak, kenapa kau mencampakkanku? Kau bilang kau akan menyusul, tapi kau tidak pernah datang, aku pikir kau sudah meninggal.”
Akupun menyesal dan menangis sambil memeluk Lee “Maafkan aku, aku tidak bermaksud membuangmu, aku hanya takut tidak bisa membahagiakanmu..”
“Aku hanya ingin bersama kakak, aku janji tidak akan mencari ayah juga ibu lagi, asalkan kakak tetap bersamaku.”
“Iyaaa, kau akan selalu bersamaku..”
to be continue..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar