Sabtu, 18 Februari 2012

Sekotak Kenangan (Part 10)

Selama masa pemulihan, aku terus dirumah sakit untuk berbaring. Aku tidak masuk kerja dan tidak bertemu nenek. Nenekkkk, bagaimana kau pulang? Aku sungguh mengkhawatirkanmu.

“Sisiiiiiiii..” pria berengsek itu masuk ke kamarku bersama Lee.
“Untuk apa kau kesini?? Pergi sana..”
“Kak, kau tidak boleh seperti itu pada ayah. Jangan kasar padanya.”
“Lalu, aku harus bagaimana menghadapinya? Dia cukup memberikan luka yang dalam padaku.”
“Tidak apa-apa Lee, aku akan pergi dari sini.”
“Kakkk.. apa kau tau? Dokter bilang kau tidak bisa bertahan hidup dengan sisa ginjalmu itu, jadi dia menyarankan untuk mencari donor ginjal baru buat kakak, dan ayah telah mendonorkannya untukmu.”
“Apa kau bilang?? Pria itu telah mendonorkan ginjalnya untukku?”
“Iya, ayah telah mendonorkan ginjalnya untukmu kak.”
“Aku tidak pernah mengharapkan ginjalnya ada pada tubuhku. Cepat panggil dokter, dan suru dia mengambil ginjal pria itu dari tubuhku. Aku lebih rela mati daripada harus hidup dengan ginjal orang yang sangat ku benci. Aku tidak membutuhkan ginjalnya!!”
“Sudahlah Lee, aku tidak apa-apa. Aku akan pergi dari sini.”
Pria berengsek itu pergi dari kamarku. Dan aku sangat kesal mendengar apa yang dikatakan pada Lee.


“Kak, kau sungguh keterlaluan.. Kalau kau seperti itu, apa bedanya kau denganku waktu dulu? Tidak tau terima kasih dan egois.”

Lee marah dan meninggalkan aku. Aku menangis karena marah. Apa aku salah punya perasaan benci pada pria berengsek itu? Aku benci keadaan yang kuhadapi saat ini. Kenapa harus begini? Ibu, apakah aku bisa memaafkan pria itu?
 

...


Sudah beberapa hari Lee tidak masuk kantor karena menemani Sisi di rumah sakit. El terus mencari Lee setiap hari di kantor, tapi Lee tak kunjung masuk. Setelah mengetahui bahwa kakaknya Lee masuk ke rumah sakit, El segera menemui Lee dirumah sakit.Lee.
 
“Skyyyyyyyyy..”
“Nyonya presdir, sedang apa kau disini?”
“Skyyyyyyy... aku sangat merindukanmu. Aku benar-benar gila karnamu. Dengarkan aku Sky, aku tidak peduli dengan apapun, aku tetap ingin bersamamu, kemanapun kau pergi, aku akan ikut bersamamu.” El memeluk Lee dengan sangat erat.
“Nyonyaaaa.. nyonyaaaa.. dengar nyonyaaaa...” Lee melepaskan pelukan El. “Pertama, aku sudah katakan padamu, kalau aku bukanlah Sky, sahabatmu itu. Aku Lee.. Lee, karyawan di perusahaan suamimu. Kedua, apa yang kau katakan? Sekali lagi aku bukan Sky, jadi aku tidak akan membawamu pergi kemanapun nyonya.”
“Leeeeeeeeeeeeeee...” teriak Reyne yang melihat mereka berdua di depan kamar Sisi, lalu menghampiri mereka. “Ada apa ini?? Dia siapa??”
“Nyonya, aku ingin bertanya padamu, apa kau mencintai Sky??”
“Ia, aku mencintainya. Aku mencintainyaaa... aku mencintainya tanpa dia tau aku telah mencintainya.”
“Biar kuberitahu, Sky itu adalah masa lalumu. Di masa sekarang, kau sudah memiliki pak presdir. Apakah kau tidak pernah memikirkan perasaan pak presdir? Bagaimana rasanya melihat orang yang ia cintai justru mencintai orang lain?” kata Lee dengan tegas kepada El, lalu menarik tangan Reyne untuk pergi meninggalkan El.

El hanya terdiam dan sambil merenungkan kata-kata yang diucapkan Lee barusan. Selama ini, dia lupa untuk menjaga perasaan Sam, yang pasti terluka karena El terus mengingat Sky.


to be continue..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar