Rabu, 15 Februari 2012

My Little Brother, Please Grow Up (Part 8)


“Kau sudah bangun Lee?? Apa kau lapar??”
Lee tidak menjawabku.. Aku menyajikan banyak makanan di depannya..
“Maafkan akuuuuuuu.. kakak bersalah, kakak tidak akan memarahimu lagi atau memukulmu.. maafkan kakak yah Lee..”
Aku terus menundukkan kepala, tanda menyesal.
“Kau berusaha menyogokku dengan makanan ini kak?” jawab Lee ketus sambil melirik hasil masakanku dengan sinis.
“Ini enak.. cobalah dulu, baru bicara.”
“Meski perutku kenyang karena makanan ini, bukan berarti aku bisa memaafkanmu begitu saja.”
“Lalu, apa yang harus kulakukan?”
“Belikan aku motor.”
“Apa??”
“Aku capai naik bus kak, aku suka terlambat karena mengantri. Aku perlu kendaraan untuk pergi ke sekolah.”
“Kau kan bisa bangun lebih pagi..”
“Tidak ada yang membangunkanku. Kau kan sudah pergi ke kantor pagi-pagi.”
“Baiklah, aku akan membelikan motor untukmu.”
“Benarkah???”
“Iyaaaaaa, cepat makan sana dan segera mandi lalu ke sekolah..”
“Iyaaaaaaa...”


Aku masih punya sisa uang hasil penjualan ginjalku, ditambah sedikit tabunganku, pasti cukup untuk membelikan Lee motor. Semoga itu bisa memudahkannya untuk bersekolah.
 
...
 
tin..tin.. Lee membunyikan klakson motornya di depan rumah Reyne.
“Leeeee.. kok kau ada disini.. Waw, apa ini motormu?”
“Ia, mulai sekarang kita bisa ke sekolah bersama. Ayu berangkat.”
“Tunggu sebentar Lee, aku ingin memperkenalkan kau dengan kakak ku.. Kesini sebentar..”
Lee menepikan motornya dan ikut bersama Reyne menghampiri seorang pria.
“Kakak, kenalkan ini Lee, pacarku..”
“Hallo kak, aku Lee.”
“Hai, salam kenal, aku Joe..”
 
 ...

Saat jam istirahat sekolah, Lee mengajak Reyne untuk menyantap bekal yang disiapkan kakaknya, di bangku taman sekolah.

“Leee.. aku ingin bertanya padamu.”
“Tanya apa?”
“Bukankah kau bilang, kalau kau dan kakakmu hidup pas-pasan. Lalu darimana kau mendapatkan motor?”
“Aku memintanya pada kakakku..”
“Apa?? Kenapa kau meminta motor pada kakakmu? bukankah kakakmu susah payah mencari uang, bekerja terus-terusan sampai tak ada waktu untukmu?”
“Susah payah apa? Dia itu banyak uang, hanya saja tak mau menunjukkannya padaku. Bayangkan saja, hanya membantu orang di sebuah pesta, dia bisa mendapatkan uang 20 juta untuk biaya operasiku, dan sekarang juga bisa membelikan aku motor.  Dia pintar sekali mencari uang, jadi kau tidak usah mengkhawatirkannya.”
“Apa aku boleh tau, kapan kau kecelakaan dan dioperasi?”
“Bulan Februari, 3 tahun yang lalu.”

Apakah? Apakah biaya operasi yang didapatkan kakak itu hasil menjual ginjalnya? Apa selama ini Lee belum tau tentang ini?? Apakah kakak merahasiakan hal ini pada Lee???


to be continue..






Tidak ada komentar:

Posting Komentar