Sabtu, 18 Februari 2012

Sekotak Kenangan (Part 11)

Aku kembali kerumah, Lee kembali bekerja, dan pria itu tidak pernah kutemui lagi dirumah, aku tidak tau kemana perginya pria berengsek itu, dan aku tidak mau tau. Karena terlalu lama tidak masuk kerja, esoknya aku mulai bekerja lagi. Di hari itu, ada seorang pria yang lebih dari dari 3 kali kembali ke mini market untuk membeli sekotak paku.

“Tuan, apa kau juga pikun?”
“Apa??”
“Kenapa kau kembali lagi untuk membeli paku? Apa kau lupa, beberapa jam yang lalu baru saja membeli sekotak paku dari sini.”
“Ohhh itu. Aku tidak lupa kok nona. Aku memang kembali untuk membeli paku lagi. Aku sedang membuat sebuah rumah untuk anjingku. Bagian yang paling kusuka dari proses pembuatan rumah tersebut, adalah bagian saat aku mengukir nama anjingku ke sebuah papan dengan susunan paku yang kupantek ke kayu.”
“Wah, pasti kayu itu sangat kesakitan yah karena paku-pakumu itu.”
“Ya, memang disisi lain, itu sangat tidak adil bagi si kayu, karena dia harus dilukai dengan banyaknya paku yang menusuk dirinya dengan tajam. Tapi disisi lain, si kayu itu nanti akan menjadi kayu yang cantik karena paku-paku tersebut.”
“Lalu, kenapa kau tidak membeli paku-paku tersebut dalam jumlah yang banyak, sekaligus? Dan kenapa harus banyak paku yang kau gunakan?”
“Untuk pertanyaan pertama, itu karena aku kurang mempersiapkannya. Untuk pertanyaan kedua, itu sama seperti hidup ini nona. Kadang, luka diijinkan mampir di kehidupan kita, agar kita bisa belajar memaknai perjalanan hidup ini. Namun, seringkali kita terlalu fokus mengingat proses terlukanya, bukan pelajaran dari hasil luka yang kita dapat. Seringkali, untuk menyadarkan manusia, sekali lukapun belum cukup. Karena itu, beberapa paku lainnya diijinkan kembali menghujam hatimu. Memang kelihatannya sangat menyedihkan, tapi lihatlah hasil akhir dari paku-paku itu nanti, kau akan mendapatkan hasil yang indah.”
“Kau begitu bijaksana tuan..”
“Hahaha.. jangan memujiku seperti itu nona. Aku belajar hal itu dari seorang temanku yang sudah meninggal. Baiklah, sepertinya aku harus segera kembali untuk meneruskan pekerjaanku.”
“Baiklah tuan, terima kasih telah datang. Jangan lupa datang kembali.”
“Nona, kalau kau sedang ada waktu luang, mampirlah ke tokoku. Ini alamatnya.” Pria itu memberikan kartu namanya padaku.
 
...

Seusai shift jagaku, aku segera menemui nenek dirumahnya.
“Kakakkkkkkkk.. kau sudah datang? Ayu cepat ikut aku”  Dhea menyambutku di depan pagar dan segera menarikku ke halaman rumah. Ia memasang tripod dan mengatur kameranya, 5 meter dari tempat aku dan nenek berdiri. “Ayu kita foto dulu.”
“Untuk apa??”
“Sudah ikuti saja kak. Nenekkkk.. nenekk.. taruh jari telunjungmu didepan bibir, seperti ini.”
 
Cekrekkkkkk~

“Kenapa berfoto? Apa ada acara khusus??”
“Aku hanya mencoba kamera kak. Bukankah kita mau melihat nenek bertemu dengan pujaan hatinya?? Ini moment yang harus di abadikan.”
“Kau iniiiii.. Baiklah, kalau begitu, ayu segera berangkat, aku sudah tidak sabar.”
“Let’s gooooo!!!” Dhea melipat tripodnya dan menaruhnya ke dalam rumah nenek. Lalu ia mengalungi kamera di lehernya.
“Kakek tidak ikut??”
“Tidakk, dia tidak mau ikut.”
 

Kasihan sekali kakek, apa hatinya sedih?? Apa yang akan terjadi setelah pertemuan ini? Apakah setelah bertemu dengan pria itu, nenek akan kembali padanya dan meninggalkan kakek?? Aku senang mereka akhirnya bisa dipertemukan, tapi aku sedih kalau nenek harus meninggalkan kakek karena masa lalunya itu.



to be continue..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar