Jumat, 17 Februari 2012

Sekotak Kenangan (Part 8)



“Kau dimana kak?” tanya Lee di ujung telepon.
“Aku sedang perjalanan pulang dari rumah nenek.”
“Sudah malam, apa tidak takut?”
“Takut pada siapa?? Tenang saja, aku akan baik-baik saja.”
“Aku akan menyusulmu kak, kebetulan aku berada didekat jalan yang kau lalui.”
“Baiklah, aku sambil jalan pulang ya.. Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhh...”
Tiba-tiba seorang menjambret tasku.
“Kakakkk, kau kenapa??”
“Tas ku di jambret Lee, aku akan mengejarnya..”
“Kakakkkkkkkkkk... kakakkkkkkkkkkkkkkkkkkk... jangan mengejarnya.. hallo kakkkkkkkkk.. kakkkkk..”
Aku mengejar lari orang itu yang sangat cepat. Aku mengejarnya sampai lelah, sampai jauh, sampai perutku mulai sakit, dan sampai aku tersungkur jatuh ke lantai.

...

Seseorang membawaku kerumah sakit. Aku melihat seorang suster memasangkan alat bantu pernapasan untukku saat dalam perjalanan ke rumah sakit. Tubuhku diangkat ke kasur dorong dan dibawa ke UGD, setelah itu mataku menjadi kabur dan tidak ingat apa-apa lagi.

Yang ku ingat setelahnya, aku sudah berada di suatu tempat yang kosong. Sekelilingku putih dan tidak ada siapa-siapa.
 
“Sisiiiiiiiiiii...”
Aku melihat ibu mengenakan gaun putih yang sangat cantik, muncul di hadapanku.
“Ibuuuuuuuu.. ibuuuuuuuuuuuuuuuu?? Apakah itu kau, ibu??”
“Sisiiiiiiii..” ibu membuka kedua tangannya, dan aku segera berlari kearahnya untuk memeluk.
“Ibu, aku rindu padamu.”
“Aku juga rindu padamu, anakku.”
“Ibu, bawa aku bersamamu. Aku ingin ikut ibuuuu...”
“Tidak Sisi, kau tidak boleh ikut ibu. Kau harus tetap bersama Lee dan ayahmu.”
“Ibu, aku tidak ingin bersama ayah. Aku sangat membencinya, aku tidak mau dengannya, jadi bawa aku bersamamu bu.”
“Sisi, dengarlah perkataanku. Sekalipun dia pernah menjahatimu, dia tetap ayahmu. Darah lebih kental dari apapun. Sekalipun pernah melukai, kau tidak boleh terus terluka karena mengingat rasa sakitnya terus-menerus. Kau harus dapat menyembuhkan lukamu itu dengan mengampuni ayahmu.”
“Tapi aku tidak bisa buuu, aku tidak bisaaa..”
“Kau pasti bisa, anakku..”
 

...

“Dokter apa yang terjadi pada anakku?”
“Apa kau orangtuanya?”
“Ia, aku orangtuanya, dia anakku Sisi..”
“Ginjal anakmu sudah tidak kuat lagi karena dipaksa bekerja keras oleh tubuhnya. Jadi, yang saat ini ia butuhkan adalah donor ginjal yang baru.”
“Kalau gitu, ambil ginjalku dok.. Tolong ambil ginjalku sekarang juga?”
“Ayahhhh.. mana bisa seperti itu. Kau tidak bisa mendonorkan ginjalmu begitu saja pada kakak.”
“Diam Lee, jangan menghalangiku. Aku akan mendonorkan ginjalku pada Sisi, anggap saja ini bentuk permintaan maafku padanya. Aku tidak dapat melakukan apa-apa untuk menebus kesalahanku yang lalu, hanya ini yang bisa kulakukan untuk Sisi..”
“Ayahhhhhhhhhhhhhhh...”


to be continue..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar