Jumat, 17 Februari 2012

Sekotak Kenangan (Part 2)

Esok harinya, aku melihat nenek itu datang lagi ke mini market, tepat saat jam shift ku berakhir. Sama seperti kemarin, dia masuk ke dalam, kemudian kebingungan.
“Nenek, kau datang lagi?? Kali ini, apa yang kau cari??”
“Apa disini menjual kertas origami?”
“Ohhh.. kau mau membeli kertas origami lagi?? Tunggu sebentar yah nek, aku akan mengambilkannya untukmu..”
Sekali lagi, nenek itu terus memperhatikan seisi sudut mini market dengan seksama.

“Nenek, ini kertas origaminya.”
“Ternyata benar ada.. Aku telah mencari-cari keseluruh toko dekat sini, tapi tak ada yang menjual kertas origami ini. Aku sungguh penasaran pada toko ini dan yakin kalau disini menjual kertas origami yang kucari, jadi aku coba mampir ke sini, ternyata benar ada..”
“Tapi nenek, kemarin kan kau baru kesini.”
“Hmmm.. berapa harganya??”
“5000 nek..”
Nenek itu melakukan hal yang sama seperti kemarin, merogoh saku celana kirinya, lalu merogoh juga saku di celana kanannya.

“Aku tidak membawa uang..”
“Benar begitu? Nenek, kalau aku terus membayar kertas origamimu, lama-lama aku bisa bangkrut. Hahaha. Tapi tidak apalah, hari ini aku akan membayarkannya lagi untukmu.”
“Ternyata kau ada disini..” tiba-tiba seorang kakek masuk ke dalam mini market.
“Kakek, kau mengenal nenek ini?”
“Dia istriku. Apa dia membeli kertas origami??”
“Iyaaa..”
“Pasti dia tidak membawa uang lagi. Berapa harganya?”
“5000 rupiah kek..”
Kakek tersebut mengeluarkan uang dari dompetnya dan memberiku.

“Sebelumnya istriku membeli kertas origami di toko dekat sini. Tapi sekarang toko itu tutup, jadi mungkin dia mencari kertas origami disini.”
“Ohhh.. tapi kek, kemarin dia baru saja dari sini. Kenapa dia sepertinya tidak ingat pernah kesini?”
“Istriku ini amnesia, jadi tidak dapat mengingat beberapa hal. Makanya aku menjemputnya, agar dia tidak tersesat waktu pulang.”
“Benarkah?? Kasihan sekali nenek..”
“Nona, kulihat kau gadis yang baik, apa aku bisa minta tolong padamu?”
 
...

Aku ikut bersama kakek dan nenek kerumah mereka. Dan disitulah kakek bercerita tentang nenek. Dulu nenek punya seorang kekasih yang sangat ia cintai. Tapi suatu hari mereka bertengkar hebat karena salah paham, sampai tidak saling menegur dalam waktu yang lama. Kekasih nenek melanjutkan studinya di luar negeri, tanpa terlebih dahulu menyelesaikan kesalahpahaman diantara mereka berdua. Meski sangat sedih karena pria yang ia cintai meninggalkannya, nenek tetap yakin kalau pria yang ia cintai itu akan kembali padanya. Nenekpun menutup hatinya pada setiap lelaki yang  mendekatinya.

3 tahun berlalu, nenek bertemu pria  itu kembali, pada sebuah pesta. Di hari pertemuan mereka, pria tersebut mengungkapkan pada nenek bahwa ia tidak bisa melupakan nenek. Begitupula dengan nenek, nenek memberitahu padanya bahwa ia selalu menunggu pria itu kembali. Tapi ternyata kepulangan pria itu tidaklah lama, ia harus segera kembali untuk melanjutkan studinya yang belum selesai. Nenek memberitahu nomor teleponnya yang baru, dan pria itu berjanji akan segera menghubungi nenek jam 7 malam. Setiap jam 7 malam, nenek duduk disebelah meja telepon untuk menunggu telepon dari pria itu. Nenek terus menunggu seperti itu sampai sekarang,tapi pria itu tak pernah menelepon nenek. Meski disampingnya sudah ada kakek yang begitu setia memaklumi dalamnya cinta nenek pada pria itu, nenek tetap menunggu pria itu.

Saat berumur 50 tahun, ingatan nenek semakin memburuk. Nenek hanya ingat pada masa lalunya, tapi lupa tentang hal-hal lain, seperti : nama anaknya, nama cucunya, dimana rumahnya, bahkan ia seingkali lupa kepada kakek.


“Lalu, untuk apa kertas origami yang sering di beli nenek?”
“Semenjak dia menunggu telepon dari pria itu, dia selalu menyibukkan dirinya sambil melipat kertas origami menjadi burung-burungan. Istriku percaya, kalau ia bisa membuat 1000 burung-burungan kertas, maka impiannya bisa terwujud. Karena itu, setiap hari dia membeli kertas origami di toko.”
“Kenapa harus setiap hari membeli kertas origaminya? Kenapa tidak membeli banyak kertas origami agar nenek tidak usah bolak-balik ke toko?”
“Sudah kulakukan. Aku sudah pernah membelikanna banyak kertas origami, tapi dia selalu lupa dan tetap pergi keluar untuk membeli kertas origami. Setiap siang, aku akan keluar mencarinya di toko tempat dia biasa membeli kertas origami. Aku akan membayar kertas yang dia beli dan membawanya pulang kerumah.”




to be continue..






Tidak ada komentar:

Posting Komentar