Sabtu, 18 Februari 2012

Sekotak Kenangan (Part 9)

“Kakak kemana yah?? Kemarin dia sendiri yang janji untuk bertemu denganku disini. Tapi kenapa tidak datang-datang. Apa dia sama pikunnya seperti nenek?”

Dhea menunggu Sisi di Cafe Sunday, tapi Sisi tak kunjung datang. Akhirnya, Dhea memutuskan untuk ke tempat nenek pernah bersekolah, untuk mencari informasi tentang pria yang dicintai nenek selama ini.


Sesampainya Dhea di sekolah nenek, ia segera ke perpustakaan untuk mencari buku tahunan sekolah.
“Idihhhhh.. kenapa rambut anak cowok jaman dulu rata-rata mirip elvis?? Kribo semua.. Jaman dulu, mereka sudah mengenal Gatsby belum yah?” Dhea terus-menerus mengkomentari foto demi foto yang ia lihat dari buku tahunan sekolah.
“Wahhhhhhhhh.. ini nenekkk!!! Kok mukanya seperti Betty Lavea? Wahhh.. pasti ini karena obsesi berlebihan. Wahhh, bener mirip sekali, hanya kurang gigi kawat.” Dhea tertawa terbahak-bahak sambil memukul-mukul meja perpustakaan.
“Kamu bisa tenang tidakkk??” penjaga perpustakaan melempari Dhea dengan kapur.
“Ehehe.. he.. maaf pak, tidak akan ku ulangi lagi.” Dhea menundukkan kepalanya, lalu kembali membalik lembar demi lembar buku tahunan.
“Ini diaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!” teriak Dhea.
Penjaga perpustakaan kesal dan menyeret Dhea sambil menjewer kupingnya keluar perpustakaan.
“Ahhhhh.. kasar sekali bapak itu.. Ku sumpahi kau di culik Alien nanti malam!!! Huh.. untung saja aku sempat mencatat alamat pria yang nenek cari.”
 
...
 
Aku tidak tau sudah berapa hari aku tidak sadarkan diri, setelah pingsan. Yang aku ingat, aku sempat bertemu dengan ibu.

“Pagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii..”
“Dheaaaa, kenapa kau bisa kesini? Siapa yang memberitahumu?”
“Penjaga kasir di mini market tempat kakak bekerja. Pantas saja kau tidak datang waktu itu. Ku kira kau sudah pikun seperti nenek.”
“Yang benar saja, aku terlalu muda untuk pikun. Maafkan aku yah, aku tidak bisa datang menemuimu.”
“Tidak apa-apa kak, kau kan sedang sakit. Ohya kak, aku sudah menemukan pria yang ditunggu nenek.”
“Benarkah?? Bagaimana ceritanya??”
“Aku mencari alamat pria itu di buku tahunan sekolah dan mendatangi kerumahnya.”
“Apa semudah itu mencarinya?”
“Aku belum selesai kak. Kau tau tidak kak, aku sampai di jewer oleh penjaga perpustakaan.”
“Hahaha.. Aku bisa membayangkan ulahmu. Lalu?”
“Lalu aku mendatangi alamat itu. Dan ternyata...”
“Ternyataaa??”
“Pria itu ada disitu.”
“Apaaa?? Tidak mungkin, bukankah nenek pernah bilang kalau rumah lama pria itu sudah ditempati oleh penghuni yang baru. Dan bukankah pria itu ada di luar negeri sekarang??”
“Dia sudah kembali sejak 40 tahun yang lalu kak. Dan membeli rumahnya lagi untuk ia tempati. Kau tau kak?? Selama ini dia juga mencari nenek.”
“Benarkah itu?? Apa kau sudah memberitahu nenek??”
“Belummm.. aku ingin langsung mengajak nenek ke rumah pria itu. Tapi aku ingin membawa nenek bersamamu. Kau tidak mau ketinggalan kelanjutan kisah ini kan kak? Karna itu, cepatlah sembuh.”
“Tenang saja, besok aku sudah diijinkan pulang oleh dokter. Jadi secepatnya kita bisa pergi bersama untuk mempertemukan nenek dengan pria itu. Aku sudah tidak sabar melihat mereka bertemu lagi. Tidak kusangka, selama ini mereka saling mencari.”



to be continue..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar