Jumat, 17 Februari 2012

Sekotak Kenangan (Part 7)


Kakek meneleponku untuk membawakan kertas origami ke rumah. Nenek tidak bisa keluar karena kakinya sedang sakit, jadi aku mengantarkan kertas origami untuknya.
 
 “Nenekk, apa kau baik-baik saja??”
“Aku tidak apa.. Cuma sedikit pegal..”
“Nenekk, kau terlalu lelah karena sering berjalan keluar. Lebih baik, biarkan aku yang mengantarkan kertas origami kerumahmu setiap hari.”
Nenek tetap melipat kertas origami di tangannya tanpa menghiraukan perkataanku.
 
“Nenekkkkkkkkkkkkkk.. aku datanggggggggggggggg...” sebuah suara muncul dari balik pintu kamar nenek.
“Kauuuuuuuuuuuuuuuuuuu??”
“Kakakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk...”
Ternyata yang datang adalah gadis yang hampir kusambit dengan sendal di bioskop.
 
“Sedang apa kau disini?? Nenekkk.. nenekkk.. anak ini yang membuat kita basah kuyup waktu itu..”
“Dia cucuku..”
“Apaaa??”
“Hehehe.. he..” gadis itu memasang wajah tak berdosa. “Kakak, maafkan aku, aku tidak sengaja waktu itu. Aku tidak tau kalau nenek dan kakak ada disitu.”
Hampir saja gadis itu kujitak, tapi karena aku menghormati nenek, aku mengurungkan niatku.
 
...

“Nenek juga manusiaaa, punya rasa punya hatiii, jangan samakan dengan pisau belatiiiiiiiiiiiii..”

Gadis itu konyol sekali. Ia mengajak nenek berkaraoke di ruang tengah. Ia juga mendandani nenek dengan mengikatkan saputangan di kepala nenek agar mirip dengan penyanyi rock n roll, dia juga menyuruh nenek memegang sapu yang diumpakan sebagai gitar. Hahaha.. nenek dengan polosnya menuruti apa kata gadis itu, bergaya dan menari. Belum pernah aku melihat nenek tertawa selepas itu.

“Tapi kini dia menghilang dan tak tau entah dimana, diarikuuuu ku merindukannyaa aaa.. pujaankuuuu.. engkau ada dimanaaaaaaaaaa....”
Kali ini, gadis itu menyanyikan lagu sedih sampai membuat nenek menjadi menangis.
 

 Aku geram dan memukul kepala gadis itu. “Kau iniiiiiiiiiii.. kenapa menyanyikan lagu sedih didepan nenek?”
“Aduhhhh.. duhhhh..” teriaknya sambil mengelus-elus kepala. “Aku tidak tau, nenek selabil itu. Lagipula, pria itu kan masa lalu nenek, kenapa masih di ingat-ingat.”
“Aku juga heran, sampai kapan nenek akan menunggu pria itu?”
“Kak, bagaimana kalau kita sama-sama mencari keberadaan pria itu??”




to be continue..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar