Rabu, 15 Februari 2012

My Little Brother, Please Grow Up (Part 11)


Aku  bangun sedikit telat esok hari, aku tidak sempat membuatkan sarapan dan bekal untuk Lee, dia sudah berangkat sekolah. Aku tetap pergi ke kantor, meski aku tak mau, tapi aku harus. Waktu aku keluar dari pintu rumah, aku melihat teman-teman Lee sudah berada di depan pintu.
 
“Apa yang kalian lakukan disini?”
“Kakak.. Lee di pukul preman di ujung gang sana.”
Kata seorang teman Lee sambil menunjuk ke arah gang sempit di ujung jalan. Aku bergegas lari kesana, dengan harapan masih sempat menolong Lee.
 
“Surpriseeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee... Selamat ulang tahun kakakkkkkkkk...”
Lee muncul dibalik gang, dengan sepotong kue tart ditangannya bersama Reyne.
“Katanya kau di pukul preman??”
“Kakak, masih saja khawatir. Kami hanya membohongimu kak.. Aku baik-baik saja..”
“Selamat ulang tahun.. selamat ulang tahunnn... selamat ulang tahunnn..”
Lee dan teman-temannya menyanyikan lagu ulang tahun kepadaku. Itu adalah ulang tahunku yang ke 22. Dan di ulang tahunku yang ke 22 itu, Lee memelukku, pelukan yang sangat hangat dan sangat kurindukan setelah beberapa tahun belakangan ini.
“Terima kasih Lee..”

Ibuuuu.. Aku baru saja lupa, bahwa kekuatanku ada pada diri Lee. Kekuatan yang membuat ku tetap bertahan selama ini, adalah Lee.


...


Tuntutan kebutuhan memaksaku untuk bekerja lebih keras. Aku terpaksa menghabiskan banyak waktu di kantor. Lingkar mataku semakin membesar, dan mukaku semakin pucat, terkadang aku mengeluh sakit di perutku. Karena sebentar lagi Lee akan masuk ke universitas, aku membutuhkan banyak biaya untuk membiayai uang pendaftarannya. Aku memaksa tubuhku untuk bekerja melebihi batas kemampuanku, sampai suatu hari aku terjatuh pingsan dan dilarikan ke rumah sakit.

“Sisiiiii.. apa kau sudah siuman?”
Aku melihat Joe duduk disamping ranjangku.
“Aku harus kembali ke kantor”
“Tidak..tidak.. apa yang kau lakukan? Kau baru saja pingsan karna lelah bekerja.”
“Aku tau, tapi aku harus segera menyelesaikan pekerjaanku di kantor.”
“Kenapa kau begitu keras kepala?? Kenapa kau juga sampai mengambil lembur terus-terusan?”
“Aku butuh uang.. Adikku akan masuk ke universitas, dan biayanya tidak sedikit. Jadi aku terpaksa mengambil lembur untuk mendapatkan uang tambahan.”
“Kenapa tidak bilang saja padaku. Aku bisa memberimu uang.”
“Apa kau bilang? Kau mau memberi aku uang?”
“Berapa yang kau butuhkan?”
“Mudah sekali kau bicara. Kau pikir aku mau menerima uangmu dan membiarkan ibumu menghujatku?”
“Apa yang telah ibuku katakan padamu?”
“Kau mau tahu apa yang telah dikatakan ibumu padaku? Ibumu bilang kalau aku gadis yang materialistis, mendekatimu karena menginginkan hartamu. Keterlaluan sekali.. Bahkan, aku saja baru tau darinya kalau kau itu direktur perusahaan.”
“Apa ibuku telah memberitahumu?”
“Kenapa?? Kau takut karena ketahuan telah membohongiku?? Hahaa.. mengaku seorang staff keuangan, tidak taunya seorang direktur perusahaan, dan kau menyembunyikannya dariku selama 1 tahun. Seharusnya aku sadar, kalau aku memang terlalu bodoh untuk bekerja di sebuah kantor. Pantas saja mereka menerimaku dengan mudah. Atau jangan-jangan, kau memang sengaja mengasihaniku..”
“Tidak, jangan berkata seperti itu.. Aku minta maaf..”
“Aku tidak tau harus bicara apalagi padamu Joe.”



...


Joe menemui Reyne disekolahnya.
“Kakak ada apa mencariku??”
“Ada yang ingin kutanyakan padamu, tentang Sisi..”
“Sisi?? Seperti nama kakakku.” Lee yang saat itu sedang bersama Reyne merasa curiga.
“Mmm.. dia memang kakakmu Lee.. Joe dan dia sudah berpacaran selama 1 tahun.”
“Apa?? Kakakmu dan kakakku berpacaran??”
“Apa kau bilang Rey? Apa Lee adiknya Sisi?”
Lee baru tau bahwa Sisi memiliki kekasih yang ternyata adalah kakaknya Reyne. Dan Joe juga baru tau, bahwa adiknya Sisi itu ternyata Lee.
 

...
 

“Kalian bertengkar?? Sejak kapan??”
“Belakangan hari ini dia menghindariku tanpa menjelaskan apa-apa. Dan aku baru tau tadi, bahwa dia saat ini sedang marah padaku.”
“Dia marah kenapa?”
“Ibu menemuinya tanpa sepengetahuanku, dan ia menghina Sisi sebagai gadis yang matrealistis.”
“Ibu berkata begitu??”
“Rey, tolong beritahu aku. Memangnya dimana kalian pertama kali bertemu Sisi??”
“Sisi adalah gadis yang menjual ginjalnya untukmu.”
“Apaaaa??”
“Iya, waktu itu aku menemani ibu untuk memberikan sisa uang hasil penjualan ginjalnya. Ibu membeli ginjalnya dengan harga 50 juta.”
“Tapi, untung apa dia menjual ginjalnya??”
“Tentu untuk mendapatkan uang. Saat itu, dia sangat terdesak dan membutuhkan uang yang cukup banyak untuk membiayai operasi Lee. Lee mengalami kecelakaan dan meyebabkan luka parah pada kepalanya yang harus segera dioperasi. Karena itu lah, Sisi menjual salah satu ginjalnya pada ibu.”
“Apa Lee tau soal itu??”
“Tidak, sampai saat ini Lee tidak tau soal itu. Sisi sengaja menyembunyikannya dari Lee, jadi aku juga tidak memberitahu Lee.”



 
to be continue..

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar