Rabu, 15 Februari 2012

My Little Brother, Please Grow Up (Part 10)

Esoknya sepulang kantor, ibunya Joe menemui ku..

“Apa kau tau sebelumnya, Joe adalah anakku?”
“Tidak bibi, aku saja kaget kemarin saat bertemu denganmu.”
“Aku berterus terang saja yah nona, waktu tau gadis yang ingin dikenalkan oleh anakku adalah kau,  aku  langsung  tidak setuju.”
“Apa alasan bibi tidak menyetujui hubungan kami?”
“Aku melihat kau terlalu materialistis.”
“Apa?”
“Kau begitu mudah menjual ginjalmu untuk sejumlah uang, dan kau tiba-tiba datang sebagai pacar anakku. Apa kau juga menginginkan uang dari anakku juga?”
“Kenapa bibi bisa berpikir seperti itu?”
“Bicaralah sejujurnya, kau mengincar anakku kan? Kau tau bahwa anakku itu pewaris tunggal perusahaan keluarga kami, tempat kau bekerja sekarang. Karena itu kau mengejar anakku.”
“Bibi, kau tidak tau apa-apa tentangku, jadi kumohon jangan asal bicara. Aku tidak tau bahwa anakmu itu pewaris tunggal perusahaanmu, karena selama ini aku mengenalnya sebagai karyawan biasa, sama sepertiku. Jadi aku tidak pernah berpikir untuk mengejar anakmu dengan alasan seperti itu.”
“Hahaha.. kau kan sudah tau sekarang, apa masih tidak berpikir seperti itu?”
“Cukup bibi.. Jangan keterlaluan.. Sekalipun aku menjual jantung, menjual mata, menjual hati atau ginjal, itu bukan karena aku materialistis seperti yang bibi katakan.”

Aku beranjak pergi dan meninggalkan wanita itu. Ini sudah sangat keterlaluan, aku tidak pernah menyangka kalau aku akan dihina seperti itu.

 
 ...

“Kakak, apa itu kau yang pulang??”
“Iya, ini aku... Kau sedang apa?”
“Aku habis merebus mie instan, kau lama sekali pulangnya, aku kelaparan jadi aku rebus mie saja.”
“Maaf, kakak ada urusan jadi pulang terlambat.”
“Tidak apa-apa, lagipula aku sudah lama tidak makan mie instan.”
Aku memperhatikan Lee yang tengah asik menyantap mie instan yang dibuatnya.
“Lee.. cepatlah besar, aku lelahhhhhh..”
“Kau lelah kenapa kak?”
 
Aku sungguh lelah akhir-akhir ini. Tubuhku semakin hari semakin lemah. Padahal aku tidak perlu mencuci piring atau mengepel lantai di restauran, padahal aku hanya duduk dan bekerja di depan komputer. Tapi semakin hari aku semakin merasa kehilangan kekuatan. Aku baru sadar bahwa aku telah lelah dengan semua ini. Semua yang kutemui, semua yang ku rasakan, dan hari ini adalah puncak kelelahan ku, karena di pandang rendah oleh wanita yang menjadi ibu kekasihku. Cepatlah tumbuh, agar aku bisa melepaskanmu, agar kau bisa hidup mandiri tanpaku. Aku ingin segera menyusul ibu..


"Kakak, makanlah sedikit mie ku. Kau kelihatan sangat kurus."


to be continue..

2 komentar:

  1. jangan2 ini adalah kisah nyata dari kehidupan sehari2 kamu jo? hahah...

    BalasHapus
  2. gile lo, gw ga punya ade, kwkwkwkwk

    BalasHapus