“Nenek, ini kertas origaminya.”
“Berapa harganya?”
“5000 rupiah nek..”
“Aku tidak membawa uang..”
“Tidak apa-apa nek, aku akan membayarkannya untukmu..”
“Kakakkkkkkkkkkk...” Lee tiba-tiba datang menemuiku di minimarket.
“Leee, kenapa kau ada disini? Apa kau tidak kerja?”
“Sedang jam istirahat kak, aku baru saja makan di cafe dekat sini. Jadi aku
sengaja mampir untuk menemuimu.”
Nenek sudah keluar dari mini market untuk pulang.
“Ahhhh, Leee... sudah dulu yah, aku harus mengantar nenek.”
“Nenek???”
Lee menemaniku mengantar nenek ke rumah. Tapi saat itu nenek tidak mau di
papah, karena ia merasa tidak mengenalku.
“Siapa dia kak? Kenapa kau mengantarnya pulang??”
“Dia sudah tua dan pikun, jadi aku takut dia tidak bisa menemukan jalan pulang
ke rumahnya.”
“Apa setiap hari kau mengantarnya pulang??”
“Baru beberapa hari ini saja. Kakek yang memintaku. Dia memberiku upah untuk
mengantar nenek pulang.”
Kami sampai di rumah nenek. Kakek juga sudah menanti kedatangan nenek di depan
pintu, sambil menggendong cucunya yang masih kecil. Lee menungguku di depan
pagar.
“Kau sudah datanggg?” kata kakek pada nenek, tapi nenek tidak menghiraukannya
dan segera masuk ke rumah. “Terima kasih Sisi, untuk hari ini. Apa itu pacarmu?”
“Bukan kek, dia adikku, namanya Lee.”
“Ohhh.. ku kira pacarmu. Kapan kau akan membawa pacarmu kemari??”
Aku mengalihkan pembicaraan kakek. “Apa ini cucumu? Wah lucu sekaliiii yaaa...”
Nenek keluar lagi dari dalam rumah, dan membawa sapu.
“Pergiiiii kauuuu.. pergiiii kauuuu..” nenek berteriak sambil memukulku dengan
sapu.
“Nenekkkkkk, apa yang kau lakukan??” aku berusaha menangkis pukulan nenek, tapi
ia terus memukuliku.
“Istrikuuuu, jangannnn.. dia Sisiiii...” kakek berusaha mencegah nenek.
Lee berlari ke arahku dan menyelamatkanku.
“Kenapa nenek memukulmu?”
“Aku juga tidak tau..”
“Pergi kau orang jahat.. dari tadi kau terus mengikutiku, dan sekarang berusaha
mendekati cucuku, pasti kau ingin menculiknya kan?” nenek memukulku sekali lagi
dengan sapu..
...
Lee mengantarku sampai rumah sambil terus menceramahiku.
“Kau tidak usah mengantar nenek itu lagi, kak. Tidak tau diri, sudah di tolong
malah memukul
orang.”
“Kau tidak boleh begitu, dia hanya sedikit pikun. Sebelum-sebelumnya dia ingat
padaku, bahkan kami banyak menghabiskan waktu bersama.”
“Itu kalau dia sedang ingat, bagaimana kalau sedang lupa? Apa kau mau
dipukulnya seperti itu terus?”
“Pokoknya aku akan tetap mengantarnya. Aku sudah menganggap dia nenekku
sendiri. Dari kecil, aku belum merasakan punya seorang nenek. Aku tidak tau
bagaimana rupa nenek, bagaimana suara nenek. Dan sekarang ada seorang nenek
yang membutuhkan pertolonganku, jadi aku akan membantunya.”
“Kau ini, selalu saja keras kepala.”
Langkahku terhenti, ketika melihat seorang pria berdiri didepan rumah kami.
Pria itu kembali lagi.. Pria itu muncul lagi dihadapaku..
to be continue..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar