Rabu, 15 Februari 2012

My Little Brother, Please Grow Up (Part 14)


“Mau apa kau kesini?”
“Adikku sedang sakit, dia tidak mau makan juga tidak mau minum karena tak bisa bertemu dengan Reyne.”
“Lantas, apa urusannya denganku? Apa kau ingin meminta belas kasihan padaku untuk memberikan uang pengobatan bagi adikmu??”
“Bibi, aku bukan hanya ingin meminta belas kasihan padamu, bahkan aku ingin meminta agar kau membuka hati nuranimu. Bisahkah kau tetap membiarkan Lee dan Reyne menjalin hubungan?”
“Haha.. malang sekali anak-anakku ini. Dua-duanya sama-sama mencintai orang yang menyedihkan seperti kau.”
“Bibi.. kumohon untuk kali ini saja, tolonggg biarkan Lee dengan Reyne.. aku mohonnnnn..”
Aku berlutut didepan kaki wanita itu dan memohon dengan sangat.
“Aku memang sangat menyedihkan bi, aku tak tau bagaimana lagi cara membahagiakan adikku. Harus meminta roti, mencuri bakmie, mengepel lantai, mencuci piring, menjual ginjal, dan bersujud didepanmu, hanya itu yang bisa kulakukan untuk memberikan kebahagiaan pada Lee. Aku hanya berusaha memberikan yang terbaik dan melakukan yang ku sanggup. Kau juga punya anak, pasti kau bisa merasakan bagaimana susahnya  membahagiakan orang yang kau sayang. Meski harus berbohong, meski harus menahan marah, meski harus bersikap naif, tapi pasti akan tetap kau lakukan untuk melihat tawa dari orang yang kau cintai. Jadi, kumohon ijinkan Lee agar tetap bersama Reyne. Aku bisa pastikan bahwa Lee tidak akan memanfaatkan Reyne karena kekayaan yang kalian miliki, seperti yang kau takutkan. Sebagai gantinya, aku akan berjanji untuk pergi dari kehidupan Joe, aku berjanji untuk tidak menggangunya lagi..”
 

 ...

Aku pergi dari rumah wanita itu dengan langkah yang berat dan berusaha keras menahan air mata. Hanya itu yang mungkin bisa kulakukan saat ini, jadi aku tidak akan menyesalinya.
“Kakakkkkkkkkkkkkk.. kakakkkkk tunggu..” Reyne menghadangku dan menghentikan langkahku. “Apa yang kau lakukan kak? Kenapa kau berbuat seperti itu?? Kenapa kau mempertaruhkan perasaanmu untuk kami?? Sudah banyak hal yang kau lakukan untuk Lee, kali ini biarkan Lee yang mengalah..”
“Jangannn.. jangan biarkan dia mengalah.. Aku tidak mau Lee mengalah padaku.. Satu-satunya alasanku untuk tetap hidup sampai saat ini adalah Lee. Dan satu-satunya alasan dia ingin mati adalah karena kau. Jadi, biarkanlah aku mengalah padanya sekali lagi.”
“Tapi tidak boleh begitu kak.. Kau tidak boleh naif. Aku dan Lee masih memiliki jalan yang panjang, walau tak bisa bersama saat ini, tapi bisa saja di lain hari. Sedangkan kau dengan Joe.. Kalian sudah cukup umur untuk menikah, apalagi kalian saling mencintai, jadi ini tidak boleh terjadi..”
“Sejak kecil, aku selalu disayang ibu.  Sakin sayangnya ibu padaku, sampai membuat Lee begitu iri. Dia pernah membenciku karena roti yang dibagi ibu kepadaku, lebih banyak dari jatahnya. Sampai disaat ibu mau meninggal, dia masih sempat menciumku sedangkan Lee tidak. Aku berlari meninggalkan rumah untuk bebas dari pria yang membunuh ibuku. Tapi aku kembali lagi untuk menjemput adikku yang sedang menangisi mayat ibuku. Adik yang belum sempat merasakan kebahagiaan dicintai seorang ibu, adik yang belum pernah merasakan dimanja oleh seorang ibu, adik yang selalu dibanding-bandingkan dengan kakaknya.  Aku telah berhutang padanya, karena itu aku ingin memberikan apa yang tidak ia dapatkan dari ibu sewaktu masih hidup. Hanya itu yang ingin kulakukan.. Jadi, tolong jangan menahanku..”





to be continue..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar