Selasa, 14 Februari 2012

My Little Brother, Please Grow Up (Part 4)



“Paman..”
“Ada apa Sisi?”
“Maafkan aku sebelumnya, aku hanya ingin bertanya, berapa kau akan menggajiku?”
“Kenapa tanya seperti itu?”
“Aku ingin menyekolahkan adikku. Kalau gajiku menjaga warung nasi paman tidak cukup, aku akan mencari uang tambahan.”
“Memangnya, bagaimana kau akan mencari uang tambahan?”
“Entahlah paman, mungkin aku bisa mencuci bajumu, mencuci baju tetangga sebelah, atau menjual koran di pagi hari, apa saja asal bisa menghasilkan uang.”
“Kau benar-benar ingin menyekolahkan adikmu?”
“Iyaa...”
“Baiklah, kalau begitu, gajimu akan ku potong untuk biaya sekolah Lee. Bagaimana menurutmu?”
“Benarkah paman? Tidak usah di potong, pakai saja gajiku semuanya untuk biaya sekolah Lee. Makan darimu, boleh tinggal bersamamu, itu sudah lebih cukup, aku tidak memerlukan uang untuk apa-apa lagi, jadi kau boleh memakai seluruh gajiku untuk biaya sekolah Lee.”
“Baik, aku setuju. Asal ada satu syarat.”
“Apa itu?”
“Bekerjalah dengan rajin yah, bantu aku memajukan warung nasi ini.”
“Siap pamannnnnnnnnnnnn!!”

...

Lee akan masuk sekolah, karena itu aku bangun pagi-pagi sekali dan menbuatkannya sarapan serta bekal untuk Lee. Setelah memandikannya, aku menyisir rambutnya, menaruh perlengkapan sekolah ke dalam tas barunya, dan merapihkan seragamnya.
“Lee, apa kau senang?”
“Mmm..” Lee mengangguk sambil mengunyah sepotong roti keju.
“Kalau begitu, berjanjilah padaku kau akan sekolah dengan baik. Jadi anak yang pintar yah.”
“Mmm..”

...


Hari itu adalah hari pertama Lee masuk sekolah. Jadi sebagai hadiahnya, aku membelikan robot yang bisa berbicara seperti yang ia minta pada saat di toko mainan. Setiap hari, aku bekerja rajin sekali sehingga paman memberikanku uang bonus, yang kemudian kupakai untuk membeli robot itu.

“Kakak, robot ini canggih sekali.. Lihat dia bukan hanya bisa berbicara, tapi juga bisa menari.”
“Jaga baik-baik mainanmu yah..”
“Iya kakak, terima kasih..”


....

“Sisiiiiii...”
“Iya paman, ada apa?”
“Apa kau ingin sekolah seperti Lee?”
“Tidak paman”
“Kenapa tidak? Memangnya kau tidak ingin bersekolah seperti Lee?”
“Aku tidak perlu sekolah paman, bagiku Lee bisa bersekolah itu sudah cukup. Lee harus mendapat pendidikan agar kelak dia bisa menjadi orang yang sukses, kalau aku... aku hanya perlu sedikit kerja keras untuk membantu Lee sampai dia tidak memerlukanku lagi..”
“Anak yang malang.. Begitu keras ingin membahagiakan adiknya, tapi lupa pada dirinya sendiri.”
“Paman, jangan bilang seperti itu. Kata siapa, aku tidak bahagia? Melihat Lee berlari senang dengan ransel di punggungnya, memperlihatkan lukisan kakak beradik yang ia gambar sendiri, membawa pulang piala dari sekolahnya, itu adalah kebahagiaan ku..”




to be continue.. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar