Sabtu, 18 Februari 2012

Sekotak Kenangan (Part 13)

“Apa kau sedang ada masalah?” pria itu memberiku secangkir capucino dan kami berbincang-bincang di ruang tamu toko.

“Sejak kapan kau buka toko seperti ini?” aku mengamati seluruh isi toko hewan milik pria itu.
“Mmm.. kira-kira sejak 7 tahun yang lalu. Dulu aku bekerja di sebuah jasa photography, tapi semenjak pemiliknya meninggal dunia, aku mencoba membuka usaha sendiri.”
“Apa pemiliknya, orang yang mengajarkan kau tentang banyak hal itu?”
“Iyaaaaa...” pria itu menyenderkan badannya ke kursi yang ia duduki dan melayangkan pandangannya ke langit-langit. “Pria malang itu, banyak sekali mengajarkanku tentang arti hidup. Bagaimana caranya menghargai apa yang kita miliki, bagaimana cara mencintai seseorang dengan tulus, bagaimana cara memaafkan seseorang..”
“Berhenti sampai disitu.. Aku tertarik dengan hal yang terakhir.”
Pria itu tersontak kemudian menatapku serius. “Hahaha.. apa kau sedang membenci seseorang?”
“Mmmm..” aku mengangguk. “Dia ayahku.”
“Bagaimana bisa kau membenci ayahmu sendiri?”
“Dia telah banyak menyakitiku, ucapannya, perbuatannya, tak ada hal baik yang ia sisakan di hidupku.”
“Apa  benar tidak ada hal baik sedikitpun???”
Aku berpikir keras mengingatnya. Lalu aku teringat tentang donor ginjal yang dilakukan pria berengsek itu untukku.

“Hei nona, jawaban untuk pertanyaanmu itu sangatlah sederhana. Kenapa kau tidak bisa memaafkan ayahmu, karena kau takut akan terluka lagi. Ketakutan itu muncul dari pikiranmu sendiri yang kemudian menyulitkanmu untuk memberi maaf. Kalau kau pernah merasakan betapa sakitnya dilukai, jangan sampai kau melukai. Tidak memaafkan adalah bagian dari proses melukai. Andai saja kita tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidup ini, mungkin kita tidak akan dapat belajar arti dari memberi maaf dan meminta maaf.”
 

...

El kembali menemui Lee di kantor. El telah sadar bahwa selama ini yang ia lakukan adalah salah.


“Leee...”
“Nyonya presdir..”
“Maaf, kalau aku menggangumu lagi. Aku hanya ingin bilang terima kasih.”
“Terima kasih untuk apa?”
“Kau telah menyadarkanku. Aku memang telah mencintainya. Aku kira cintaku padanya bertepuk sebelah tangan, karena ia terus-menerus menyuruhku untuk kembali dengan lelaki yang pernah mencampakkanku. Waktu aku bertanya padanya, bagaimana Sam menurutmu?? Sky malah bilang, ia dia sangat cocok untukmu, dia pria yang baik. Padahal aku ingin sekali dia berkata bahwa dialah pria yang pantas untukku. Asalkan waktu itu dia bilang padaku, jangann.. jangan menikah dengan Sam.. Aku pasti akan menghentikan niatku itu. Tapi Sky tidak melakukannya. Karena itu, aku memutuskan untuk mencintainya diam-diam. Selepas kepergian Sky dan mengetahui bahwa Sky diam-diam mempunyai perasaan yang sama untukku, aku terus menyiksa diriku dengan perasaan menyesal. Coba saja aku menyadari hal itu lebih awal, pasti aku sudah bersamanya, tidak akan membiarkan Sam melamarku, tidak akan membiarkan Sky meliput prosesi foto prawedku. Tapi penyesalanku itu terlalu terlambat.”
“Itu karena Sky tidak tau kalau kau diam-diam juga menyukainya nyonya, karena itu ia mendukung hubunganmu dengan Sam. Ia pasti mengira, bahwa kau akan menemukan kebahagiaan bersama Sam. Jadi dia membiarkanmu.”
“Ia, aku tau itu setelah membaca blog yang ditulisnya tentangku. Aku merenungi kesalahanku selama ini. Aku telah gagal menjaga cintaku, dan aku tidak ingin gagal untuk kedua kalinya. Maafkan aku, kalau aku terus memanggilmu Sky, itu karena kalian sangat mirip.”
“Tidak apa nyonya.”
“Mulai sekarang, aku tidak akan memanggilmu Sky lagi, dan akan berhenti menyalahkan diriku sendiri.”
“Ya, itu lebih baik nyonya. Berhentilah mengingat apa yang telah hilang darimu, dan belajarlah menjaga apa yang masih kau miliki saat ini.”

Sejak saat itu, El tidak lagi memanggil Lee dengan nama Sky. El kembali menjalani hidupnya bersama Sam. El meminta maaf pada Sam karena telah melukainya dengan ingatan-ingatan masa lalu tentang Sky. Karena cinta, kita bisa terlalu ingat akan masa lalu. Dan karena cinta juga, terkadang kita bisa lupa akan masa yang kita jalani sekarang.



to be continue..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar