Jumat, 17 Februari 2012

Sekotak Kenangan (Part 5)

“Sisiiiiiiiiiii.. apa kau Sisi, benar, kau adalah Sisiiiii.. Sisi aku merindukanmu.” Pria itu menarik-narik bajuku.
“Mau apa kau disini??? Untuk apa menemuiku??” Aku mendorongnya keras sampai ia tersungkur ke lantai.
“Kakakkk, apa yang kau lakukan pada paman itu??”
“Apa kau Lee???” kata pria itu sambil merangkak ke arah kaki Lee.
“Ia, paman siapa??”
“Aku ayahmu Lee.. aku ayahmuuuuuuuu.. Aku telah mencarimu kemana-mana, aku merindukanmu..”


Lee membawa pria itu masuk ke rumah dan memberinya makan. Pria itu terus berakting sedih untuk mendapat belas kasihan Lee. Tapi aktingnya itu tidak akan dapat meluluhkanku. Aku duduk di sudut ruangan sambil memperhatikan mereka terus bercanda. Aku geram melihatnya dan ingin segera mengusir pria berengsek itu.


“Cepat pergi dari sini...” aku menarik tangan pria berengsek itu. “Cepat pergiiiiiiiiiiiiiii...”
“Kakak, apa yang kau lakukan? Ayah sedang makan..”
“Makannnn?? Dia tidak perlu makan, biarkan pria berengsek ini mati kelaparan di jalan, aku tidak akan perduli.”
“Sisiiiii.. apa kau sangat membenciku seperti ini?”
“Kenapa kau masih berani bertanya padaku?? Jelas aku sangat membencimu. Bagiku, ayahku sudah mati!! Aku tidak punya ayah lagi!!!”
“Kakak, kau tidak boleh seperti itu. Dia ayah kita... Sekalipun dia pernah berbuat salah pada kita, dia tetap ayah kita.”
“Aku tidak mau punya ayahhhhh.. aku tidak mau punya ayah sepertimu... aku tidak mauuuu..”


Aku menangis keras karena kesal. Kesal sekesal kesalnya, orang yang kuharap sudah mati malah kembali lagi ke kehidupanku. Orang yang telah merusak masa depanku, karena harus bekerja keras untuk hidup, sekarang malah minta untuk tinggal bersama. Aku benci pria berengsek itu.
...
...

“Skyyyy..”
“Nyonya presdir, kau memanggilku??”
“Ia, aku memanggilmu..Apa kau ingin pergi makan siang?”
“Ia, nyonya.”
“Kalau begitu, makan sianglah bersamaku.”

...

Lee pergi bersama El untuk makan siang di sebuah restaurant.
“Makanlah ini, sayur-sayuran ini sangat enak dan segar.” El menaruh beberapa sayuran di piring Lee. “Bagaimana? Enak bukan?”
“Iya nyonya, sayurnya enak sekali..”
“Ahhhh, sudah ku duga kau akan menyukainya. Dari dulu kita kan sering kesini, apa kau lupa?”
“Maaf nyonya, tapi aku bukan Sky, aku Lee.”
“Ah.. maafkan aku, aku lupa.”
“Tidak apa.”
“Pria itu pintar menyembunyikan perasaannya. Ia terus menjagaku tapi tak hiraukan perasaannya. Kalau saja aku tau tentang perasaannya lebih awal, pasti dia tidak akan pergi secepat itu.”
“Nyonya, apa kau baik-baik saja?”
“Ahh, apa yang kubicarakan. Apa aku telah merusak selera makanmu? Maafkan aku, ayu kita makan lagi.”




to be continue..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar